To The Moon! Batu Bara Tembus Rekor Lagi Sekarang di US$ 74,3

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 December 2020 10:48
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures batu bara termal Newcastle masih terus reli kencang. Harga kontrak si batu legam bahkan sudah bisa dikatakan pulih ke level sebelum pandemi dan sekarang sudah berada di level tertinggi sejak pertengahan bulan Januari lalu.

Pada perdagangan kemarin Kamis (3/12/2020), harga kontrak batu bara yang aktif ditransaksikan ini menguat signifikan dengan apresiasi 3,99% ke level US$ 74,3/ton. Di sepanjang minggu dan bulan ini harga batu bara telah naik sebesar 6,83%.

Kenaikan harga kontrak batu bara selain ditopang oleh sentimen positif seputar perkembangan vaksin Covid-19 juga didorong oleh kenaikan permintaan di pasar saat produksi komoditas ini dipangkas.

Australia sebagai salah satu negara eksportir energi fosil ini mencatatkan kenaikan ekspor di bulan Oktober. Pengiriman ke China, India dan Korea Selatan mengalami peningkatan sehingga total ekspor bulan Oktober mencapai 17,24 juta ton atau naik 12,03% dari bulan sebelumnya. Namun masih terkontraksi 8% dibanding tahun lalu.

Ekspor batu bara termal Australia ke China tercatat sebanyak 1,73 juta ton pada Oktober lalu. Volume ekspor ke China meningkat lebih dari 30% dibanding bulan September.

Sementara itu ekspor ke Jepang juga meningkat 9,43% di bulan yang sama menjadi 6,13 juta ton. Kenaikan permintaan paling tinggi terjadi di Korea Selatan dan Vietnam dengan kenaikan volume ekspor secara bulanan masing-masing mencapai 46% dan 63%.

Sepanjang Januari-Oktober total ekspor batu bara termal Australia mencapai 174,98 juta ton. Volume ini menurun 2,92% dibanding periode yang sama tahun lalu. Untuk periode 10 bulan pertama tahun ini India dan Vietnam mencatatkan kenaikan yang signifikan.

Namun Jepang tetap mendominasi dari segi volume. Pada periode tersebut Negeri Sakura mengimpor hampir 60 juta ton batu bara termal dari Australia. 

Impor batu bara termal China dari Australia justru drop hingga 18,5% sepanjang 10 bulan pertama tahun ini. Retaknya hubungan bilateral Canberra-Beijing ditengarai menjadi pemicu utama rendahnya pengiriman batu bara termal Negeri Kanguru ke Negeri Panda.

Biro statistik nasional Australia melaporkan pendapatan ekspor batu bara termal di bulan Oktober mencapai AU$1.24 miliar naik dari AU$1.08 miliar di bulan September tetapi masih lebih rendah dari AU$ 1.75 di bulan Oktober 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Masih Lanjut Naik, Mau sampai Kapan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular