Bursa RI Rawan Longsor, Simak 7 Kabar Ini Sebelum Trading

Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 December 2020 08:28
Layar Pergerakan Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Kamis (3/12/20) ditutup hijau tipis terapresiasi 0,15% ke level 5.822,94. Namun hari ini, IHSG rawan koreksi karena rekor peningkatan kasus baru covid-19 yang lebih dari 8.300 kasus. 

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 121miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 19,6 triliun.

IHSG menghijau setelah investor merespons kabar positif mengenai vaksin corona Pfizer meskipun penguatan terpangkas karena para pelaku pasar melakukan aksi profit taking setelah IHSG melesat tinggi sebulan terakhir.

Sentimen penggerak utama pasar modal dalam negeri tentu datang utamanya dari faktor stimulus jumbo AS yang akan kembali dibicarakan dan juga dari kabar dua vaksin corona yakni Pfizer yang penilaian mengenai kesiapan edar vaksin yang dinilai oleh Agensi Obat-obatan Uni Eropa yang bisa saja muncul akhir tahun ini.

Stimulus jumbo yang akan diperbincangkan Mnuchin dan Pelosi juga akan membawa kabar positif tersendiri bagi bursa saham negara-negara emerging market terutama Indonesia yang masih menjadi primadona untuk kategori ini.

Apabila nantinya stimulus jumbo ini cair maka peredaran dolar AS akan naik sehingga nilainya turun sehingga aset-aset dalam negeri akan menjadi kurang menarik sehingga investor global cenderung mengalihkan dananya ke negara-negara emerging market seperti Indonesia yang akan siap kebanjiran dana asing.

Untuk memulai lagi perdagangan jelang akhir pekan ini, ada baiknya disimak sederet kabar emiten yang terjadi kemarin.

1. Bayar Utang, Emiten Sandi Uno Terbitkan Obligasi Rp 750 M

Emiten penyedia jasa infrastruktur telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan IV Tower Bersama Infrastructure Tahap II Tahun 2020 dengan nilai emisi sebesar Rp 750 miliar.

Penerbitan surat utang tersebut terdiri dari nilai pokok sebesar Rp 295 miliar dengan tingkat bunga tetap 5,75% dengan tenor 370 hari dan sisanya, sebesar Rp 455 miliar dengan tingkat bunga tetap 7,25% untuk tenor 3 tahun. Bunga untuk obligasi ini akan dibayarkan setiap kuartalan.

2. Kredit Perbankan Bisa Tumbuh hingga 9% di 2021

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini kredit perbankan bisa tumbuh hingga 9% di tahun depan. Meski saat ini tertekan akibat pandemi Covid-19.

Hal ini disampaikan saat membuka Pertemuan Tahunan Bank Indonesia tahun 2020 dengan tema 'Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi' yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (3/12/2020).

Tidak hanya kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga diperkirakan tetap tumbuh hingga 9% di tahun depan.

3. Ada Pandemi, BNI Jaga Pertumbuhan Kredit di Kisaran 4%

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berkomitmen untuk menjaga pertumbuhan kredit hingga akhir tahun berada di kisaran 2-4% year on year (yoy).

Direktur Corporate Banking Bank BNI, Silvano Rumantir mengakui bahwa selama pandemi, hampir seluruh sektor ekonomi terdampak baik secara langsung atau tidak, termasuk apa yang dialami oleh BNI.

"Sebagian debitur segmen korporasi kecil, menengah juga terdampak. Kami memutuskan kekuatan risk management. Kami komit menjaga pertumbuhan kredit, berkualitas, dengan aspirasi pertumbuhan sampai akhir tahun kisaran 2-4% yoy," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Kamis (3/12/2020).

4. Sempat Mati Suri, Proyek KRAS Senilai Rp 3,9 T Siap Bangkit

Proyek PT Meratus Jaya Iron & Steel (PT MJIS), anak usaha PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), mangkrak padahal sudah menghabiskan dana investasi Rp 3,9 triliun. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) punya target untuk membangkitkan proyek pengolahan biji besi tersebut.

"Kita lihat ini sebenarnya sayang banget. Investasinya sudah terealisasi Rp2 triliun yang berjalan. Kita sekarang bersama-sama akan cari formulasi yang tepat. Ini harus menjadi sumber pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Tanah Bumbu, yang pada akhirnya mampu menciptakan lapangan pekerjaan," kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam keterangan resmi dikutip Kamis (3/12).

5. Usai Buyback Rp 1,33 T, Induk SCTV Private Placement

Perusahaan induk pemilik stasiun televisi SCTV, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) mengumumkan rencana penambahan modal tanpa melalui hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Private placement tersebut bersumber dari program kepemilikan saham manajemen dan karyawan atau Program MESOP perseroan.

Program ini juga sudah mendapat restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan pada 14 Agustus 2020.

6. Ada Covid-19, ADHI Kebanjiran Proyek Baru & Saham Melesat

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sepanjang tahun ini telah mengantongi nilai kontrak baru mencapai Rp 17,3 triliun. Nilai ini mencapai 62,90% dari target total kontrak baru perusahaan sepanjang 2020 yang senilai Rp 27,5 triliun.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), kontrak ini paling banyak didapat perusahaan pada November 2020. Pasalnya, hingga akhir Oktober saja, nilai kontrak baru ini hanya mencapai Rp 7,5 triliun.

7. Perusahaan Fiber Optik Terbitkan Obligasi Rp 700 M

Perusahan kabel fiber optik, PT Ketrosden Triasmitra menerbitkan obligasi dengan emisi senilai Rp 700 miliar melalui penawaran umum Obligasi Ketrosden Triasmitra I Tahun 2020.

Surat utang tersebut terbagi dalam dua seri, yaitu Seri A dan Seri B dengan tenor masing-masing selama 3 dan 5 tahun. Obligasi perseroan telah memperoleh hasil pemeringkatan idAAAcg dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

CEO Triasmitra Group Titus Dondi, mengatakan, penawaran umum obligasi ini adalah salah satu langkah pendanaan strategis yang dilakukan Triasmitra untuk pengembangan bisnis setidaknya untuk lima tahun ke depan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular