Sudah Babak Belur 2 Pekan, Saatnya Harga CPO Bangkit

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 November 2020 11:27
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak minyak sawit mentah (CPO) Malaysia menguat pada perdagangan pagi hari ini Rabu (25/11/2020). Harga kontrak CPO mencoba bangkit setelah drop ke level terendah dalam 2 pekan terakhir.

Pada 10.05 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 0,86% dari posisi penutupan perdagangan kemarin. Harga CPO kini berada di level RM 3.277/ton.

"Keengganan Indonesia untuk memperluas mandat biodieselnya menjadi 40% kandungan minyak sawit tahun depan dan melemahnya harga kontrak kedelai juga menekan harga minyak sawit," kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian broker minyak nabati yang berbasis di Mumbai, Sunvin Group kepada Reuters.

Produksi biodiesel Indonesia selama periode Januari hingga September mencapai 6,47 juta kiloliter, sedangkan ekspor minyak sawit untuk tahun ini diperkirakan mencapai 36,1 juta ton.

Sementara konsumsi biodiesel di Indonesia periode Januari sampai September sebesar 6,33 juta kiloliter. Penurunan konsumsi diakibatkan oleh rendahnya mobilitas di tengah merebaknya pandemi Covid-19. 

Harga CPO yang menguat signifikan dan harga minyak mentah yang masih lemah membuat penggunaan minyak nabati ini untuk bahan baku pembuatan biodiesel menjadi kurang ekonomis. 

Di sisi lain memasuki akhir tahun permintaan ekspor cenderung melemah apalagi negara-negara pasar utama seperti Eropa menerapkan lockdown jilid II saat gelombang kedua Covid-19 melanda. 

Ekspor November diperkirakan bakal lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Menurut perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-20 November turun 16,25% menjadi 908.443 ton dari 1.084.701 ton untuk periode pengiriman 1-20 Oktober,

Untuk periode 20 hari pertama bulan November, ekspor CPO drop 43,9% secara month on month (mom) dibanding periode bulan Oktober. Pengiriman CPO ke luar negeri hanya tercatat mencapai 213.150 ton dari bulan sebelumnya 380.046 ton.

Ekspor minyak inti sawit mentah juga drop signifikan pada periode yang sama. Ekspor minyak nabati jenis ini pada bulan November tercatat hanya 5.000 ton. Padahal sebelumnya mencapai 17.200 ton atau turun 70,9% (mom).

Meskipun terkoreksi harga CPO masih berada di rentang tertingginya sepanjang tahun dan dalam delapan tahun terakhir. Oleh karena itu koreksi yang terjadi belakangan ini merupakan koreksi yang sehat. 

Ke depan prospek produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia juga terancam oleh adanya La Nina yang mengakibatkan turunnya hujan lebat juga menjadi ancaman bagi rantai pasok.

Apalagi di Malaysia isu kekurangan tenaga kerja akibat pembatasan mobilitas publik juga jadi faktor yang menghambat aktivitas panen. Alhasil harga sempat melambung dan tertahan dari koreksi yang dalam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mentok di RM 4.000-an, Harga CPO Ogah Gerak, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular