
Ekspor November Ambles, Harga CPO Terjungkal di Awal Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengalami apresiasi tipis di sepanjang pekan lalu, harga kontrak minyak sawit mentah (CPO) Malaysia terkoreksi cukup dalam hari ini Senin (23/11/2020). Selain dibayangi aksi ambil untung, volume ekspor yang rendah juga menjadi sentimen negatif penekan harga.
Pada 10.40 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange turun 1,46% dibanding penutupan akhir pekan lalu ke RM 3.240. Harga CPO langsung ambles RM 48/ton.
Menurut perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-20 November turun 16,25% menjadi 908.443 ton dari 1.084.701 ton untuk periode pengiriman 1-20 Oktober,
Untuk periode 20 hari pertama bulan November, ekspor CPO drop 43,9% secara month on month (mom) dibanding periode bulan Oktober. Pengiriman CPO ke luar negeri hanya tercatat mencapai 213.150 ton dari bulan sebelumnya 380.046 ton.
Ekspor minyak inti sawit mentah juga drop signifikan pada periode yang sama. Ekspor minyak nabati jenis ini pada bulan November tercatat hanya 5.000 ton. Padahal sebelumnya mencapai 17.200 ton atau turun 70,9% (mom).
Koreksi harga CPO juga menyusul penurunan harga kontrak minyak nabati substitusinya. Harga kontrak minyak nabati teraktif di Bursa Komoditas Dalian untuk jenis kedelai drop 1,6% sementara untuk kontrak minyak sawitnya ambles 2,8%.
Meskipun terkoreksi, harga CPO masih berada di rentang level tertingginya dalam delapan bulan terakhir. Secara year to date harga CPO telah melesat 7,73%. Sementara secara month to date harga CPO melesat 9,2%.
Tren penguatan ini juga tak terlepas dari adanya isu penipisan output di Malaysia dan Indonesia. Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, produksi Indonesia lemah di tahun ini karena dampak kekeringan panjang tahun lalu dan penggunaan pupuk yang lebih rendah.
Penurunan output di Malaysia terjadi karena kurangnya tenaga kerja untuk pemanenan akibat pembatasan mobilitas untuk menekan penyebaran infeksi Covid-19 lebih lanjut.
Prospek produksi ke depan juga diperkirakan tetap rendah akibat adanya fenomena La Nina. Konsekuensi fenomena perubahan iklim ini adalah hujan yang lebih lebat dan bisa menimbulkan bencana hidrometeorologis berupa banjir dan tanah longsor yang memicu terganggunya pasokan.
Kabar vaksin Pfizer, BioNTech dan Moderna yang positif karena diklaim bisa memberikan proteksi hingga lebih dari 90% juga membuat harga CPO terkerek naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hore! Harga CPO Sudah di Atas RM 3.300/ton, Siap ke RM 3.500?