
Investor Saham Batu Bara Pesta Pora, Harga Naik di Atas 2%

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga saham pertambangan, terutama pertambangan batu bara kembali melesat pada perdagangan hari ini mengekor harga komoditasnya yang terus menanjak ke level tertingginya selama 7 bulan terakhir.
Sentimen untuk batu legam maupun produsennya memang sedang ciamik akhir-akhir ini setelah kabar muncul dua kandidat vaksin Covid-19 yang memiliki efektivitas di atas 90%.
Dengan pulihnya kembali perekonomian pasca vaksinasi massal, tentunya roda perekonomian akan berputar terutama di sektor industri dan manufaktur dimana sektor inilah yang menjadi salah satu konsumen terbesar batu bara.
Tercatat seluruh emiten batu bara raksasa yang melantai di bursa efek berhasil menghijau pada perdagangan hari ini.
Kenaikan sendiri dipimpin oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) yang berhasil terbang 7,26% ke level Rp 1.255/unit sedangkan saham batu legam lain dengan kenaikan besar yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang berhasil terbang 3,20% ke level Rp 2.260/unit.
Untuk saham batu bara raksasa milik kakak Erick Thohir, Garibaldi Thohir PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berhasil naik 2,47% ke level harga Rp 1.245/unit.
Sudah sebulan lebih harga kontrak batu bara mencatatkan reli dan masih belum terhenti. Memang harga kontrak batu bara belum pulih ke level pra-pandemi. Namun setidaknya harga batu legam tersebut masih kokoh di level tertinggi dalam tujuh bulan.
Pada harga kontrak futures batu bara ICE Newcastle ditutup di akhir pekan tembus level US$ 65,45/ton.
Di tengah terus meningkatnya kasus infeksi Covid-19 yang menjadi ancaman utama turunnya harga komoditas, terselip berita gembira seputar perkembangan vaksin Covid-19.
Dalam dua pekan terakhir beberapa pengembang vaksin melaporkan analisa awal hasil uji klinis tahap akhir. Pfizer, BioNTech dan Moderna menjadi tiga pengembang yang membawa kabar gembira tersebut.
Kandidat vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan diklaim memiliki tingkat keampuhan lebih dari 92%. Hal ini mampu membuat harga aset-aset keuangan dan komoditas termasuk batu bara melompat lebih tinggi.
Ekspor batu bara Australia ke China memang drop tetapi diimbangi oleh peningkatan impor dari India, Jepang dan Korea Selatan yang merupakan konsumen energi fosil terbesar di kawasan Asia setelah China.
Ekspor ke India dalam pada bulan September tahun ini tercatat sebesar 5,97 juta ton. Namun, impor batu bara India dari Australia sebagian besar merupakan batu bara kokas dan oleh karena itu hanya berdampak kecil pada harga batu bara termal.
Di luar China, pelanggan batu bara termal utama Australia adalah Jepang dan Korea Selatan, yang memberikan gambaran yang lebih positif bagi penambang batu bara asal Negeri Kanguru.
Ekspor Australia ke Jepang sedikit meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Ekspor batu bara tercatat mencapai 8,3 juta ton di bulan Oktober dan 8,45 juta di bulan September. Ekspor pada dua bulan tersebut menjadi yang terbaik sejak Maret.
Pengiriman ke Korea Selatan mencapai 4,95 juta ton pada Oktober atau mengalami kenaikan dari 4,24 juta pada September dan menjadi ekspor Australia terkuat sejak Desember tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000