
Di Balik Harga SBN yang Kembali Menguat Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah Indonesia atau surat berharga negara (SBN) selama pekan ini kembali mengalami penguatan, di tengah sentimen positif dari vaksin virus corona (Covid-19) dan data ekonomi Indonesia yang dirilis sepanjang pekan ini.
Seluruh tenor surat berharga negara (SBN) mengalami kenaikan harga selama sepekan yang tercermin dari penurunan yield-nya, di mana penurunan yield terbesar ada di SBN bertenor 20 tahun yang turun 21,8 basis poin pekan ini
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara selama sepekan turun 12,4 basis poin ke level 6,900%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari dalam negeri, sentimen positif yang datang sepanjang pekan ini adalah terkait rilis data suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) periode Oktober 2020 dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III-2020.
Pada Kamis (19/11/2020), BI RDG BI edisi November 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Sementara itu, suku bunga Deposit Facility turun menjadi 3% dan suku bunga Lending Facility sekarang di 4,5%.
"Keputusan ini mempertimbangkan perkiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga dan langkah pemulihan ekonomi nasional," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.
Hal ini tidak diperkirakan oleh mayoritas pelaku pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dan Reuters menghasilkan proyeksi BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap di 4%.
Artinya, suku bunga acuan kini berada di di posisi terendah sejak diperkenalkan pada Agustus 2016 menggantikan BI Rate.
Dalam kondisi normal, penurunan suku bunga acuan membuat rentang (spread) imbal hasil SBN suatu negara menipis jika dibandingkan dengan negara maju, yang pada gilirannya menekan harga surat utang.
Kemudian pada Jumat (20/11/2020), BI mencatat, NPI pada kuartal III-2020 surplus sebesar US$ 2,1 miliar melanjutkan capaian surplus sebesar US$ 9,2 miliar pada triwulan sebelumnya.
Surplus NPI yang berlanjut tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial.
Pada kuartal III-2020, transaksi berjalan (current account) mencatat surplus sebesar US$ 1 miliar atau 0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menjadikan transaksi berjalan Indonesia berhasil mencatatkan surplus setelah selama 9 tahun mengalami defisit.
Surplus transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca barang seiring dengan perbaikan kinerja ekspor di tengah masih tertahannya kegiatan impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat.
Selain dari dalam negeri, sentimen positif dari global yang membuat pergerakan yield SBN lanjutkan pelemahan yakni kabar positif dari vaksin Covid-19 besutan Moderna, di mana pihak perseroan mengklaim berhasil membentuk antibodi di tubuh orang dewasa pada vaksin tersebut.
Moderna, perusahaan bioteknologi asal AS mengembangkan vaksin untuk Covid-19 dengan platform yang sama dengan vaksin besutan Pfizer dan BioNTech yang menggunakan molekul RNA.
"Kita akan memiliki vaksin yang dapat menghentikan Covid-19," kata Presiden Moderna Stephen Hoge dalam wawancara telepon dengan Reuters.
Analisis sementara Moderna didasarkan pada 95 infeksi di antara peserta uji coba yang menerima vaksin atau plasebo. Hanya lima infeksi terjadi pada sukarelawan yang menerima vaksin mRNA-1273, yang diberikan dalam dua suntikan dengan selang waktu 28 hari.
"Vaksin benar-benar cahaya di ujung terowongan," kata Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular AS.
Selain itu juga kabar baik datang dari vaksinĀ Pfizer. Namun, perkembangan positif vaksin masih dibayangi risiko fundamental terkait penyebaran virus saat ini yang terus meninggi, mengingat vaksin belum tersedia secara masal dalam waktu dekat.
Lebih dari 11 juta kasus Covid-19 terkonfirmasi di Amerika Serikat (AS). Data Covid Tracking Project menunjukkan lebih dari 69.000 orang dirawat di rumah sakit akibat virus Covid-19.
Studi National Cancer Institute (INT) di Milan Italia menunjukkan bahwa virus corona menyebar di Italia sejak September 2019, sebagaimana diberitakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi