
BI Pangkas Bunga Acuan, Saham Properti-Konstruksi Raja Cuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini melesat sebesar 2%, atau setara dengan 110,6 pon, ke level 5,571,656 berkat pemangkasan suku bunga acuan. Saham properti dan konstruksi pun bangkit.
Saham properti dan konstruksi unjuk gigi dengan menyerobot habis daftar pencetak kenaikan harga tertinggi sepekan. Menurut data RTI, saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT Agung Podomoro Tbk (APLN) memimpin dengan reli masing-masing sebesar 41,3% dan 34,5%.
Selanjutnya, saham konstruksi yang kesemuanya terkategori sebagai BUMN dan anak usahanya mengekor, yakni PT PP Properti Tbk, PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) yang naik masing-masing sebesar 34%, 31,4% dan 22,3%.
Saham properti dan konstruksi melambung setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada level 3,75% dan menjadi level terendah sepanjang sejarahnya. Suku bunga acuan yang rendah bakal membantu menggairahkan kembali pasar properti.
Wajar saja, selama ini yang membuat calon pembeli properti minder adalah besarnya suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), sebagaimana terpotret dalam survei BI mengenai Indeks Harga Properti Residensial.
"Menurut responden, beberapa faktor yang menyebabkan penurunan penjualan adalah melemahnya daya beli, suku bunga KPR yang cukup tinggi dan tingginya harga rumah," tulis BI dalam laporan hasil survei IHPR.
Dengan kian murahnya, bunga KPR, maka permintaan properti berpeluang meningkat kembali dalam jangka menengah yang pada gilirannya mendongkrak kinerja emiten konstruksi karena proyek real estate kembali bergulir.
Namun demikian, tidak semua saham properti bernasib sama pada perdagangan sepekan ini. Saham PT PT Perintis Triniti Properti Tbk yang juga bergerak di sektor properti justru melemah dan menjadi pemimpin saham yang paling tertekan di barisan top loser.
Pemicunya adalah pengumuman perseroan mengenai tidak terlaksananya rencana pembelian kembali (buyback) saham di pasar, sejak rencana tersebut diumumkan pada 5 Agustus. Mengikuti ketentuan pasar modal, batas akhir masa buyback adalah 3 bulan, atau 7 November.
Oleh karenanya, pelaku pasar yang sempat memborong saham berkode TRIN tersebut-karena mengantisipasi adanya pelaksanaan buyback-kini berbalik menjualnya besar-besaran alias "menghukum" perseroan.
Saham lain yang masuk di jajaran top loser adalah saham bank syariah, yakni PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) yang masing-masing turun 11,4% dan 6,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Saham Tergokil, BMTR Jadi Jawara Gegara Lo Kheng Hong