Bank Mega Mengubah Krisis Pandemi Jadi Cuan

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama PT Bank Mega Tbk (MEGA) Kostaman Thayib menilai resesi ekonomi yang terjadi tahun ini lebih parah dibandingkan dengan 2008.
Hal tersebut terlihat pada data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi dalam 2 kuartal berturut-turut, yakni -5,2 kuartal II-2020, dan -3,49% pada kuartal III-2020/
"Pada krisis 2008, RI mengalami dampak yang tidak terlalu parah, karena Indonesia perekonomiannya masih tumbuh 4,6%," ujar Kostaman dalam CNBC Indonesia Award : The Most Inspiring Banks, Jumat (20/11/2020).
Meskipun berat, Kostaman melihat masih ada peluang pada krisis tahun ini agar bisnis terus tumbuh. "Krisis itu mempunyai 2 arti, yaitu bahaya atau peluang. Masa krisis ada perubahan besar.yang bisa diantisipasi dengan benar dan ditindaklanjuti dengan tepat, akan menciptakan peluang," jelasnya
Sebaliknya, tutur dia, bila tidak diantisipasi dengan benar maka krisis akan mengakibatkan bahaya kerugian besar.
"Dalam berbagai kejadian krisis selama ini, Bank Mega terbukti bisa antisipasi perubahan yang terjadi dengan benar, sehingga bisa mendapatkan keuntungan besar dari krisis ini," ujar Kostaman.
Keyakinan Kostaman tersebut terlihat dari kinerja Bank Mega yang meraih laba bersih sebesar Rp 1,76 triliun untuk periode Januari-September 2020, melesat 27,76% secara year on year, di kala bank lain mengalami penurunan laba. Pertumbuhan ini jauh di atas pertumbuhan laba perbankan per September yang tercatat minus 27,6%.
Peningkatan laba tersebut merupakan kombinasi strategi dalam meningkatkan pendapatan, baik pendapatan bunga maupun fee based income, dan menurunkan biaya, baik biaya bunga dan biaya operasional.
Lebih rinci, peningkatan laba Bank Mega ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang menembus Rp 2,97 triliun, naik Rp 227 miliar atau 8,3% dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Sementara itu, fee based income (FBI) Bank Mega tumbuh 3,1% atau Rp 49 miliar menjadi Rp 1,64 triliun.
Sementara itu, para periode yang sama biaya operasional Bank Mega mampu turun 8,9% menjadi Rp 2,38 triliun. Adapun cost of fund, turun dari 5,91% pada September 2019 menjadi 5,11% pada September 2020.
Berikutnya penyaluran kredit Bank Mega menembus Rp 50,5 triliun pada akhir Kuartal III-2020, atau tumbuh 4,7% dibandingkan setahun sebelumnya. Pertumbuhan ini jauh melampaui industri perbankan yang tercatat hanya 0,12%.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) bertambah Rp 10,3 triliun atau 15,6% menjadi Rp 76,3 triliun. Pertumbuhan ini juga melampuai rata-rata perbankan nasional yang tercatat 12,88%.
Adapun total aset Bank Mega akhir September 2020 tercatat Rp 103,8 triliun, naik 18,2% dibandingkan setahun sebelumnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini 'Senjata' Bank Mega yang Tak Dimiliki Bank Lain
