Sudah Mencapai Titik Tertinggi 8 Tahun, Reli CPO Rehat Dulu
Jakarta, CNBC Indonesia -Â Harga kontrak futures minyak sawit (CPO) Malaysia di awal pekan ini Senin (16/11/220) drop signifikan. Harga CPOÂ yang sudah melesat ke level tertinggi dalam delapan tahun membuatnya memang rawan terkoreksi.Â
Pada 10.00 WIB, harga CPOÂ untuk kontrak pengiriman Januari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange melorot 2,4% ke RM 3.299/ton. Di akhir pekan lalu harga CPOÂ ditutup di RM 3.380/ton dan merupakan level tertinggi sejak Mei 2012.
Harga CPOÂ mulai terlihat reli sejak minggu kedua bulan Mei tahun ini seiring dengan pelonggaran pembatasan di banyak negara. Ekonomi China yang sudah pulih ke level pra pandemi juga menjadi sentimen positif pengerek harga.Â
Menambah tekanan ke atas terhadap harga CPOÂ adalah prospek penurunan output jelang akhir tahun di tengah adanya fenomena hujan lebat akibat La Nina serta kekurangan tenaga kerja untuk pemanenan di Malaysia.Â
Namun harga CPOÂ yang sudah reli tak terbendung membuatnya rawan kena aksi ambil untung para trader yang berakibat pada koreksi. Di sisi lain, harga CPOÂ yang terlalu tinggi membuatnya kurang kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.Â
Hal tersebut membuat para importir menjadi beralih ke minyak nabati lain. Reuters melaporkan industri pengolahan minyak goreng India bakal memangkas impor minyak sawitnya dan beralih ke minyak kedelai.
Harga CPO yang menguat signifikan membuat selisih (spread) dengan harga minyak kedelai menjadi semakin sempit. Dalam kondisi normal biasanya CPO dihargai US$ 100 hingga US$ 200 lebih murah per tonnya ketimbang harga minyak kedelai.
Namun saat ini harga minyak kedelai di India sudah mencapai US$ 960/ton untuk cost, insurance & freight (CIF) sementara harga CPOÂ tembus US$ 880/ton. Artinya selisih harga kedua jenis minyak nabati ini tinggal US$ 80/ton.Â
Dengan selisih harga yang makin menipis dan kualitas minyak kedelai lebih diunggulkan maka dampaknya ke impor minyak sawit bakal negatif.
"Impor minyak sawit bulanan India bisa turun menjadi 600.000 ton pada Januari dari sekitar 750.000 ton pada Oktober jika kesenjangan harga yang sempit saat ini tetap ada," kata seorang dealer yang berbasis di Mumbai, melansir Reuters.
Menurut dealer tersebut, impor minyak kedelai bisa melonjak menjadi 350.000 ton pada Januari dari 270.000 ton pada Oktober. Potensi penurunan impor dari pembeli terbesarnya di dunia ini jelas jadi sentimen negatif yang bisa membuat harga CPOÂ goyang.Â
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg)[Gambas:Video CNBC]