Reli Batu Bara, Tanda Ekonomi Mulai 'Sembuh' dari Covid-19?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 November 2020 10:32
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures batu bara termal Newcastle terkoreksi tipis sebesar 0,08% di akhir perdagangan pekan lalu. Namun dalam sepekan harga tercatat mengalami apresiasi sebesar 0,4%.

Jumat (13/11/2020), harga kontrak berjangka batu bara termal ICE Newcastle dipatok di US$ 62,6/ton. Pada Kamis (12/11/2020), batu bara menyentuh level US$ 62,65/ton yang merupakan level tertinggi sejak 2 April lalu.

Kenaikan harga batu bara sepekan lalu terjadi seiring dengan membaiknya risk appetite investor akibat kabar menggembirakan yang datang dari perkembangan vaksin Covid-19. 

Pfizer dan BioNTech melaporkan analisa awal uji klinis tahap akhir kandidat vaksinnya. Hasilnya mengejutkan dan disambut positif oleh banyak pihak termasuk pasar. Berdasarkan press release perusahaan kandidat vaksin buatannya punya keampuhan lebih dari 90%. 

Selang tak berapa lama, giliran vaksin Sputnik buatan institusi riset Rusia yaitu Gamaleya Research Institute yang juga mengumumkan kandidat vaksin buatannya punya tingkat keampuhan lebih dari 92%. 

Kendati banyak pertanyaan seputar data uji klinis tahap akhir yang dilaporkan oleh para pengembang, pasar cukup dibuat sumringah. 

Namun memasuki pekan yang baru ada beberapa hal yang patut diwaspadai. Pertama adalah harga batu bara yang sudah tinggi rawan mengalami koreksi akibat adanya aksi profit taking. 

Apalagi di tengah maraknya sentimen negatif yang berseliweran seperti kembali melonjaknya kasus infeksi Covid-19 di AS dan Eropa yang membuat beberapa negara memilih lockdown.

Lockdown kali ini diperkirakan tak akan berdampak sangat signifikan seperti saat Maret-Mei lalu diterapkan. Namun tetap saja membuat permintaan terhadap energi primer terutama batu bara menjadi tertekan lagi.

Kabar tak sedap lain juga datang dari China. Kali ini masih soal hubungan antara Canberra dan Beijing yang tidak sedap.

Reuters melaporkan konsumen akhir batu bara China disebut telah menerima pemberitahuan lisan dari Kementerian Perdagangan untuk berhenti mengimpor batu bara Australia mulai 6 November.

Akibat kebijakan tersebut, minat beli terhadap batu bara lintas laut (seaborne) sampai dengan Desember dapat terpengaruh signifikan meskipun jumlah stok relatif rendah, adanya kebutuhan untuk restocking di musim dingin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makin Ambles, Harga Batu Bara Kian Dekati US$ 50/Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular