
Batu Bara Pekan Ini: Terbang Tinggi, Eh.. Nyungsep Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara menunjukkan pergerakan yang mengagetkan di awal pekan ini dengan melesat tinggi. Tetapi setelahnya, salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia ini justru kembali nyungsep.
Melansir data Refinitiv, pada Senin (31/8/2020) harga batu bara acuan Ice Newcastle melesat 4,25% ke US$ 52,6/ton, tetapi di 4 perdagangan selanjutnya justru nyungsep.
Dalam 3 perdagangan terakhir, batu bara merosot masing-masing lebih dari 1%. Sehingga dalam sepekan, batu bara membukukan pelemahan 0,4% di US$ 50,4/ton.
Pergerakan tersebut menunjukkan prospek batu bara masih "gelap", penguatan tajam di awal pekan hanya dipicu koreksi harga setelah pada pekan lalu terperosok ke bawah level US$ 50/ton untuk pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir. Pada Selasa (25/8/2020) baru bara bahkan menyentuh US$ 47,5/ton, berdasarkan data Refinitiv, level tersebut merupakan yang terendah setidaknya sejak 2008.
Prospek batu bara ke depan masih dibayangi dengan berbagai kabar buruk. Kabar kurang mengenakkan terbaru kini datang dari PBB.
PBB mengatakan, India salah satu konsumen batu bara terbesar di dunia, perlu bekerja secara progresif untuk menghentikan penggunaan batu bara untuk menghasilkan listrik dengan mempercepat transisinya ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
PBB ingin negara Asia Selatan itu menjadi pionir dalam mendorong energi bersih, terutama karena pandemi Covid-19 membahayakan pembangunan yang berkelanjutan.
Sementara itu, Dalam rilis laporan terbarunya yang bertajuk Global Energy Review 2020, badan energi internasional (IEA) memperkirakan permintaan batu bara global diproyeksikan turun 8% dibanding tahun 2019. Ini merupakan penurunan paling tajam sejak Perang Dunia kedua (PD II).
Angus Media di pekan ini juga melaporkan pandemi Covid-19 telah memicu anjloknya output pembangkit listrik tenaga batu bara Jepang ke level terendah lebih dari empat tahun pada bulan Mei.
Mengacu pada data kementerian energi yang dirilis minggu ini, output pembangkit listrik tenaga batu bara Jepang turun 11% pada tahun ini menjadi 16,8TWh pada bulan Mei, dengan konsumsi batu bara yang turun hampir 10% menjadi 6,5 juta ton.
Serangkaian sentimen negatif tersebut membuat batu bara yang sempat melesat malah berbalik nyungsep lagi di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020