Meski Naik Tipis, Harga Batu Bara di Level Tertinggi 7 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 November 2020 15:20
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara menguat di pekan ini. Meski tidak terlalu besar tetapi sudah cukup membawanya ke level tertinggi dalam lebih dari 7 bulan terakhir. 

Melansir data Refinitiv, harga batu bara acuan ICE Newcastle naik 0,4% ke US$ 62,6/ton. Pada Kamis (12/11/2020), batu bara menyentuh level US$ 62,65/ton yang merupakan level tertinggi sejak 2 April lalu.

Kenaikan harga batu bara di pekan ini terjadi setelah setelah adanya kabar vaksin virus corona dari Pfizer.

Perusahaan farmasi asal AS tersebut berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, dan mengumumkan vaksin buatanya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.

Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan perkembangan terakhir tersebut menjadi hari yang indah bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Efikasi final dari vaksin tersebut dikatakan aman.

"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/11/2020).

Vaksin dapat membuat hidup kembali normal, roda bisnis berputar, dan perekonomian dunia bangkit, sehingga permintaan akan batu bara berpotensi meningkat.
Kabar baik juga datang dari dunia barat yakni Amerika Serikat (AS). Lembaga pemerintah AS (EIA) memprediksi sektor tenaga listrik AS bakal mengkonsumsi 546 juta ton (495 juta metrik ton) batu bara pada tahun 2021, naik dari yang diharapkan 443 juta tahun ini.

Badan tersebut menaikkan perkiraan pembakaran batu bara tahun 2020 dan 2021 masing-masing sebesar 10 juta ton dan 24 juta ton dibandingkan dengan laporan bulan lalu. Pangsa batu bara dari total pembangkitan di AS diharapkan naik menjadi 25% pada 2021 dari 20% tahun ini.

Ke depan, seiring dengan masuknya musim dingin dan penetapan baru kebijakan kuota impor berpotensi akan membuat harga terdongkrak.

"Dalam jangka menengah, kami masih berpersepsi positif terhadap harga batu bara. Permintaan global lambat laun akan meningkat, yang dibarengi dengan pengurangan produksi, akan menyeimbangkan harga," sebut Toby Hassel, Analis Refinitiv.

Selain itu, tren kenaikan harga batu bara dimulai sejak September lalu akibat spekulasi China bakal melonggarkan kebijakan kuota impornya

Impor batu bara China hampir turun setengahnya pada Oktober dari tahun lalu. Perlambatan pembelian juga terjadi ketika negara itu mendekati kuota impor informal. Tersiar kabar bahwa pihak berwenang menginstruksikan pedagang dan pengguna batu bara untuk mempertahankan total impor tahun 2020 di sekitar level 2019.

Tujuannya adalah untuk menopang industri batu bara domestik yang sempat terkapar akibat pandemi Covid-19. Namun akibat kebijakan ini dan dibarengi dengan ketatnya pasokan membuat harga batu bara lokal China melambung tinggi melampaui target rentang harga yang sudah ditetapkan pemerintah.

Harga batu bara termal Qinhuangdao masih kokoh bertengger di atas RMB 610/ton. Padahal rentang harga yang ditetapkan oleh otoritas China berada di kisaran RMB 500 - RMB 570 per ton.

Dalam kondisi normal tingginya harga batu bara domestik akan membuat para pedagang dan sektor industri lebih memilih mengimpor batu bara dari luar.

Spekulasi China akan melonggarkan kuota impor tersebut menjadi awal bangkitnya harga batu bara.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gokil! Harga Batu Bara Dunia Reli Terus, Tembus US$ 65/ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular