
Penggerak Market Pekan Depan: Joe Biden Hingga RI Bebas CAD

Surplus transaksi berjalan, meski masih belum diketahui bisa dipertahankan untuk jangka panjang, tetapi bisa menambah sentimen positif untuk pekan depan.
Selain itu, bursa saham AS (Wall Street) di perdagangan Jumat (13/11/2020) kembali melesat naik, indeks S&P 500 bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Sebagai kiblat bursa saham dunia, Wall Street yang menguat tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia Senin (16/11/2020), dan berpotensi membawa IHSG kembali menghijau.
Sentimen pelaku pasar yang masih bagus tentunya juga akan mendongkrak pasar obligasi lagi. Jika aliran investasi asing kembali masuk ke pasar saham dan obligasi, rupiah tentunya bisa berjaya kembali.
Selain itu, kabar bagus datang dari hasil survei 2 mingguan Reuters yang menunjukkan pelaku pasar mulai "memborong" rupiah lagi.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah. Begitu juga sebaliknya, angka negatif berarti mengambil posisi short (jual) terhadap dolar AS dan long (beli) terhadap rupiah.
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (12/11/2020) kemarin menunjukkan angka -1,01, melesat dari 2 pekan lalu yang masih positif 0,09. Angka negatif tersebut merupakan yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir.
Semakin tinggi angka negatif artinya pelaku pasar semakin banyak mengambil posisi long rupiah, yang artinya Mata Uang Garuda kembali dicintai.
Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah di tahun ini, kala angka positif maka rupiah cenderung melemah, begitu juga sebaliknya.
Di bulan Januari saat hasil survei menunjukkan angka negatif rupiah terus menguat melawan dolar AS. Pada 24 Januari, rupiah membukukan penguatan 2,29% secara year-to-date (YtD), dan menjadi mata uang terbaik di dunia kala itu.
Pada Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi short rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor. Rupiah pun ambruk nyaris 20% Ytd ke ke Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998.
Memasuki bulan April, rupiah perlahan menguat dan hasil survei Reuters menunjukkan posisi short rupiah semakin berkurang, hingga akhirnya investor mengambil posisi long mulai pada 28 Mei lalu. Alhasil rupiah membukukan penguatan lebih dari 15% sejak awal April hingga awal Juni. Namun sejak saat itu, hasil survei didominasi posisi short kembali, hingga akhirnya investor mengambil posisi long lagi di pekan ini.
Dengan posisi long yang mencapai level tertinggi 6 tahun, rupiah tentunya berpeluang menguat lagi ke depannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]