
Investor Sudah Mulai Ambil Untung, Harga SBN Berbalik Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Rabu (11/11/2020) mayoritas ditutup melemah, di tengah masih kuatnya sentimen dari kesuksesan vaksin Pfizer yang ampuh hingga 90% tanpa efek samping yang berbahaya.
Mayoritas SBN hari ini cenderung dilepas oleh investor, kecuali SBN tenor 1 tahun yang ramai dikoleksi oleh investor. Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami kenaikan yield, namun tidak untuk yield SBN tenor 1 tahun yang turun 8,5 basis poin ke level 3,876%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 5,4 basis poin ke level 6,315% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Harga SBN berbalik arah ke zona merah karena adanya potensi aksi profit taking investor, karena pergerakan yield SBN sudah menurun sejak Oktober 2020 dan di tengah masih kuatnya sentimen dari kesuksesan vaksin Pfizer yang ampuh hingga 90% tanpa efek samping yang berbahaya.
Selain itu, terkoreksinya harga SBN juga diakibatkan dari sengketa pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang masih berlanjut hingga kini. Hal ini terjadi setelah Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo yang juga anggota Partai Republik terkini menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump tidak akan mengakui kemenangan presiden terpilih Joe Biden.
Tapi, menurut kepala strategis keuangan Leuthold Group, Jim Paulsen, mayoritas pelaku pasar sudah memasukkan faktor kemenangan Biden ke bursa saham dan mengabaikan protes pemerintahan Trump karena tidak menyertakan bukti adanya masalah pada pemungutan suara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi