10 Saham BUMN Ini Ngamuk, Efek Mansurmologi atau Erickmologi?

tahir saleh, CNBC Indonesia
10 November 2020 07:55
Ustaz Yusuf Mansur/Detik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memimpin deretan top gainers di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin kemarin (9/11/2020) di tengah kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Data perdagangan BEI menunjukkan, saham BUMN dengan kenaikan tertinggi kemarin yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang melesat 10,22% di level Rp 1.240/saham.

Padahal, sejak awal perdagangan, saham produsen Logam Mulia Emas Antam ini sempat bergerak di zona merah, Rp 1.140/saham, lalu perlahan menguat, sampai dengan jelang penutupan akhirnya melesat.

Nilai transaksi saham Antam mencapai Rp 1,01 triliun, dengan volume perdagangan 846,31 juta saham.

Dalam sebulan terakhir perdagangan saham Antam melesat 73,43% dan 6 bulan terakhir meroket 152% dengan kapitalisasi pasar Rp 29,80 triliun.

Berikutnya, saham PT Timah Tbk (TINS) yang meroket 8,77% di level Rp 930/saham. Nilai transaksi mencapai Rp 169,3 miliar dan volume perdagangan 187,7 juta saham.

Sebulan terakhir saham anak usaha PT Inalum atau MIND ID ini naik 32,86% dan 6 bulan melesat 102,17% dengan kapitalisasi pasar Rp 6,93 triliun.

Terakhir, saham BUMN dengan kenaikan tertinggi yakni PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), melesat 6,61% di level Rp 258/saham, dengan nilai transaksi Rp 45,1 miliar dan volume perdagangan 173,5 juta saham.

Dalam sebulan terakhir saham GIAA naik 13,16% dan 6 bulan naik 41,76% dengan kapitalisasi pasar Rp 6,68 triliun.

Di luar saham-saham BUMN, saham dengan kenaikan terbesar yakni PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) melesat 20,51% di posisi Rp 188/saham dan berada di urutan teratas top gainers.

Sementara itu, IHSG ditutup naik 0,38% di level 5.356 dengan nilai transaksi Rp 10,74 triliun. Ada 238 saham naik, 203 turun, dan 169 saham stagnan.

Top Gainers BUMN, 9 November 2020

1. Antam (ANTM), saham naik 10,22% Rp 1.240

2. Timah (TINS), naik 8,77% Rp 930

3. Garuda Indonesia (GIAA), naik 6,61% Rp 258

4. Vale Indonesia (INCO), naik 6,56% Rp 4.550 (investasi BUMN)

5. Waskita Karya (WSKT), naik 5,33% Rp 790

6. Krakatau Steel (KRAS), naik 3,78% Rp 384

7. Bank BRI (BBRI), naik Rp 3,65% Rp 3.690

8. Bank Negara Indonesia (BBNI), naik 2,82% Rp 5.100

9. Telkom (TLKM)

10. Bank BTN (BBTN), naik 1,95% Rp 1.565

Kenaikan harga saham emiten-emiten BUMN ini pun ramai dibicarakan di grup-grup analis, termasuk di situs komunitas saham, Stockbit. Misalnya, ada perbincangan, soal saham GIAA dan sejumlah emiten BUMN lainnya.

Bahkan ada satu akun yang menyebut kenaikan saham-saham BUMN ini akibat sentimen ustaz Yusuf Mansur yang berencana membeli saham Garuda.

"Mansurmologi dan Erickmologi emang gak ada obatnya, #GIAA, #ANTM, #BRIS, #KAEF, #INAF," tulis akun @nadyaalfina.

"Berkat Mansyurmology, gak kebayang kalau diduetin sama Erickmology, bakalan ARA 100hari 100 malam," tulis akun @sitoy.

Sayangnya, saham-saham lain yang disebut justru minus dan kenaikannya tak setinggi Antam dan TINS.

Saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), minus 0,81% di level Rp 1.220/saham, sementara saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) naik 1,27% di level Rp 3.190/saham dan PT Indofarma Tbk (INAF) juga naik tipis 0,95% di level Rp 3.180/saham.

Satu sentimen yang ramai di pasar ialah pernyataan Yusuf Mansur yang akan membeli saham Garuda.

Ustadz YM, panggilan akrabnya, adalah salah satu investor saham yang mulai dikenal tak hanya sebagai pemuka agama, tapi pengusaha dan investor. Dia juga mendirikan perusahaan manajer investasi, PT Paytren Aset Manajemen yang fokus pada reksa dana syariah.

Sebelumnya YM sudah menjual sebagian porsi sahamnya di BRIS, lalu dana cuan dari saham BRIS akan dibelikan saham-saham prospek lainnya.

Aksi jual sebagian saham BRIS oleh ustaz YM, panggilan akrabnya, dilakukan setelah saham anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) itu mencatatkan penguatan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.

"Sudah saya cashout [lepas] kemarenan," kata ustaz YM kepada CNBC Indonesia.

"Itu [BRIS] milik umat, umat berhak, lebih berhak malah [membeli sahamnya] sebagai penyandang nama bank syariah," kata YM.

Rencananya, YM akan mengincar saham-saham prospektif termasuk BUMN dan sektor konstruksi.

"Ke depan ngincer [saham] Garuda, semua jalan tol, dan proyek-proyek strategis nasional lainnya, belajar, bismillah walhamdulillah," katanya.

Dia mengatakan, dengan penurunan harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang belum mencapai level harga IPO Rp 750/saham, maka inilah momen yang tepat untuk masuk. Saham Garuda pada Jumat lalu stagnan di level Rp 242/saham.

"Justru harus beli sekarang... dan doain. supaya yang salah [kasus yang melibatkan Garuda soal Bombardier], dibenerin. Diampuni, diperbaikin, entar kita dapat benefits juga dari saham saat naek dan benefits dari doa saat dapat berita atau isu jelek. Kan belum tentu bener juga, semua berita, iya, kan?"

"Rumus saham sederhana... miliki hati yang tulus, bantu perusahaan yang mau dimasuki. ini dulu. kemudian, masuk saat harga jatuh, murah. Bukan dengan tujuan utama dapat cuan. Tapi nolong saat lagi pada jatuh. Beda tuh value-nya..."

"Kemudian bersabar... jangan nanya mulu, hahaha. jangan liatin naik turunnya saham. Tar stress. biar aja Allah yang ngasih tahu dan mbimbing dengan niatnya itu."

Adapun secara fundamental, performa saham Garuda juga terjadi di tengah rencana Kementerian BUMN di bawah Menteri Erick Thohir yang akan membentuk holding perusahaan yang berhubungan dengan penerbangan (aviasi) dan pariwisata.

Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata ini akan segera rampung pembentukannya akhir tahun ini, dengan salah satu anggotanya Garuda.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan tak lama lagi harusnya pembentukan holding tersebut akan selesai, setidaknya jelang akhir tahun ini.

"[Dalam tahap] Persetujuan pemerintah... Iya [selesai akhir tahun]," kata Irfan kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/11/2020).

Dia menyebutkan holding ini nantinya akan dipimpin oleh PT Survai Udara Penas (Persero) alias Penas dengan perusahaan holding yang akan ada di bawahnya nanti berasal dari perusahaan penerbangan dan pendukungnya, perhotelan hingga ritel yang seluruhnya dimiliki pemerintah.

Beberapa perusahaan yang akan di holding ini antara lain Garuda Indonesia, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), PT Angkasa Pura I dan II, dan PT Hotel Indonesia Natour (HIN).

Holding yang disebut-sebut telah disiapkan sejak awal tahun lalu ini disebut-sebut akan melibatkan PT Pelita Air Services (Pelita Air) dan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan penggabungan perusahaan pelat merah di sektor ini menjadi krusial untuk kembali membangkitkan sektor penerbangan dan pariwisata yang dihantam dampak Covid-19.

"Sehingga next pandemi, fondasi ekonomi di sektor pariwisata dan penerbangan bisa semakin lebih baik dan bisa berlari lebih cepat lagi," kata Jokowi, Kamis (6/8/2020).


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuan Gede di BRIS, Yusuf Mansur Siap Bidik Saham-saham Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular