Biden-Harris Menang Pilpres AS, Harga SBN Kembali Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
09 November 2020 18:17
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Senin (9/11/2020) awal pekan ini kompak ditutup menguat, menyambut kemenangan dari pasangan calon presiden dan wakil presiden, Joe Biden-Kamala Harris pada pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) 2020.

Seluruh tenor SBN hari ini ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan imbal hasil (yield) yang kompak mengalami penurunan yieldSementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 12,2 basis poin ke level 6,263% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Penguatan kembali harga SBN dikarenakan investor menyambut baik terkait kemenangan Biden-Harris pada pilpres AS kali ini. Sebelumnya, pada Minggu (8/11/2020) pukul 09:38 WIB, Biden memperoleh 290 suara elektoral (electoral college votes) berbanding 214 untuk Trump.

Butuh 270 suara elektoral untuk menjadi pemenang pemilihan presiden sehingga Biden sudah sah menggenggam status sebagai presiden AS terpilih. Kemenangan Biden sejatinya sudah diperkirakan jauh-jauh hari. Berbagai jajak pendapat mengunggulkan eks wakil presiden pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama ini ketimbang Trump.

Satu hal yang membuat pelaku pasar lebih nyaman dengan Biden adalah ekspektasi bahwa kebijakan pemerintah ke depan tidak akan 'aneh-aneh'. Kemungkinan besar tidak ada lagi perang dagang yang memanas antara AS dengan berbagai negara, terutama China.

Tidak ada lagi presiden yang terang-terangan 'menyerang' gubernur bank sentral. Tidak ada lagi cuitan-cuitan di Twitter yang menggemparkan tidak hanya dunia maya tetapi juga dunia nyata.

"Biden adalah kabar baik buat pasar. Kami sudah lelah dengan dampak yang muncul dari cuitan-cuitan Trump," tegas Christopher Stanton, Chief Investment Officer Sunrise Capital Partners, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Namun demikian, Trump menolak mengalah dan mengklaim bahwa perhitungan suara masih "jauh dari selesai." Tim suksesnya telah mengajukan gugatan di beberapa negara bagian, termasuk Pennsylvania dan Michigan, menuntut penghitungan ulang di beberapa tempat lain.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular