RI Benar-benar Sedang Kebanjiran Dana Asing, Ini Faktanya

Tri Putra, CNBC Indonesia
09 November 2020 10:35
Ilutrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilutrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Angin segar akhirnya datang ke bursa pasar modal lokal yakni Bursa Efek Indonesia. Investor asing sudah mulai kembali masuk mengkoleksi saham-saham yang melantai di Tanah Air.

Keputusan investor asing untuk 'jajan' di bursa lokal tidak terlepas dari kepastian akan kemenangan kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden yang diprediksikan akan menang melawan Presiden AS saat ini Donald Trump dengan mengantongi 290 suara elektoral melawan 214.

Hampir pastinya Joe Biden menjadi Presiden AS tentunya akan membawa berkah tersendiri bagi pasar modal negara-negara berkembang terutama Indonesia baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Secara tidak langsung, sifat Joe Biden yang cenderung tidak se-impulsif Trump tentu saja menjadi kabar baik bagi pasar karena volatilitas pasar akibat cuitan-cuitan Trump akan terhenti. Ingat ketidakpastian adalah musuh pasar modal.

Sedangkan secara langsung, kebijakan Partai Demokrat yang cenderung 'doyan' meningkatkan pajak terutama pajak korporasi untuk membiayai besarnya stimulus fiskal yang dikucurkan tentu saja akan menyebabkan investor Wall Street berpikir ulang untuk menempatkan dananya di perusahaan AS.

Hal ini menyebabkan ada kemungkinan investor menarik dananya dari Bursa Paman Sam dan memindahkan-nya ke bursa efek emerging market dan bukan tidak mungkin bursa efek Tanah Air akan kecipratan buktinya semenjak kemenangan Joe, asing sudah mulai kembali masuk ke bursa lokal.

Pada pagi ini asing kembali membukukan net buy sebesar Rp 58 miliar di pasar reguler melanjutkan pembelian pada pekan lalu ketika asing memborong RP 771 miliar setelah dua pekan lalu membukukan net buy Rp 236 miliar di bursa saham Ibu Pertiwi.

Masuknya asing menjadi kabar baik bagi para pelaku pasar sebab usut punya usut investor asing sudah membukukan jual bersih secara mingguan selama 19 pekan berturut-turut atau hampir 5 bulan. Investor asing terakhir kali masuk ke bursa pada pekan pertama bulan Juni.

Saham apa yang sebenarnya sedang diincar oleh asing ? Berikut pembelian bersih asing di pasar reguler dalam dua pekan terakhir di pasar reguler.

Terpantau muncul 3 emiten perbankan terbesar baik secara kapitalisasi pasar dan nilai asetnya di daftar pembelian bersih asing selama dua pekan terakhir yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan beli bersih Rp 1,12 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) denga beli bersih Rp 714 miliar, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan beli bersih Rp 215 miliar.

Pembelian asing di saham perbankan masuk akal karena apabila ada dana asing jumbo yang masuk baik ke pasar modal maupun sektor riil maka biasanya sektor yang paling diuntungkan adalah sektor finansial terutama bank-bank raksasa big four.

Hal ini dikarenakan komposisi sektor finansial yang mendominasi kapitalisasi pasar IHSG sehingga lebih menarik untuk ditempatkan dananya oleh asing dan tentu saja potensi sektor finansial untuk mengelola dana yang masuk.

Selanjutnya muncul juga nama emiten emas PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang diborong asing sebanyak Rp 106 miliar. Pembelian asing di saham emas juga bukan tanpa alasan. Salah satu kebijakan Partai Demokrat yang ikonik adalah stimulus fiskal yang jumbo.

Semakin besar stimulus artinya semakin banyak dolar AS yang beredar di perekonomian, sehingga secara teori greenback akan melemah. Nah, apabila mata uang Paman Sam nilainya merosot maka salah satu komoditas yang akan diuntungkan tentunya adalah emas karena harga emas dihitung dengan acuan dolar AS.

Karena harga komoditasnya meningkat tentu saja emiten-emiten yang bergerak di sektor emas akan diuntungkan.

Sementar itu, berdasarkan data Bank Indonesia, data transaksi 2-5 November 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,06 triliun.

"Premi CDS (Credit Default Swaps)[3]Indonesia 5 tahun turun di82,64 bps per 5 November 2020 dari 97,96 bps per 30 Oktober 2020," Kepala Departemen Komunikasi/Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko, dalam siaran pers yang dipublikasi di laman websit BI, Jumat (6/11/2020).

Data Bursa Efek Indonesia, pekan lalu 2-6 November 2020, investor asing tercatat membukan beli neto Rp 1,2 triliun.

Secara akumulatif, lanjut Onny, berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesarRp161,24 triliun.

Onny menambahkan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

BI juga kan melakukan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh...Asing Bawa Kabur Rp 47 T dari Bursa Saham RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular