
Sentimen Pasar Pekan Depan, Biden Effect Bakal Tahan Lama?

Sentimen kedua, akan ada rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 di sejumlah negara yaitu Inggris, Rusia, dan Zona Euro. Meski data yang disampaikan masih berupa pembacaan awal, tetapi bisa memberi gambaran kira-kira bagaimana situasi ekonomi di Benua Biru.
Pada kuartal III-2020, pertumbuhan ekonomi di negara dan wilayah tersebut memang sepertinya masih negatif, masih ada kontraksi. Namun sudah jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya.
Kini yang sedang menjadi perhatian pelaku pasar (dan dunia) adalah prospek kuartal IV-2020. Maraknya karantina wilayah (lockdown) untuk mempersempit ruang gerak penularan virus corona membuat masa depan ekonomi Eropa sangat suram.
Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Lockdown yang begitu ketat pada kuartal III-2020 membuat ekonomi anjlok ke titik terparah sejak 1930-an, kala Depresi Besar melanda. Dengan lockdown yang kembali diterapkan, maka risiko untuk kembali ke arah sana tidak bisa dikesampingkan.
Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, ada rilis dua indikator yang patut diperhatikan yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penjualan ritel. Keduanya merupakan leading indicator, indikator mula untuk meneropong ke mana ekonomi akan bergerak, kontraksi atau ekspansi.
Pada ini keduanya masih mengalami kontraksi. IKK masih di bawah 100, dan penjualan ritel tumbuh negatif.
Tidak bisa dipungkiri, IKK dan penjualan ritel sempat terpengaruh akibat pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta pada pertengahan September hingga medio Oktober lalu. Kini PSBB sudah dilonggarkan lagi, kembali ke masa transisi. Ini akan membawa harapan keduanya bisa pulih pada sisa kuartal IV-2020.
Asalkan PSBB tidak lagi ketat, maka roda perekonomian akan berputar meski lajunya masih perlahan. Artinya, ada harapan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 bisa lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya yang -3,49%.
Semoga asa pemulihan ekonomi domestik bisa menjadi sentimen positif di pasar. Kalau ini yang terjadi, maka bukan tidak mungkin IHSG, rupiah, sampai harga obligasi pemerintah bisa menguat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)