
Asing Masuk Rp 1,2 T ke Bursa RI, 5 Saham Ini Laris Diborong

Jakarta, CNBC Indonesia - Minggu ini Dewi Fortuna sedang berpihak kepada bursa saham domestik. Investor asing yang tadinya jaga jarak kini sudah memberanikan diri untuk masuk dan membeli aset-aset ekuitas dalam negeri.
Bersama dengan indeks acuan saham Benua Kuning lainnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat pada periode 2-6 November 2020. Dalam periode tersebut IHSG naik 4,31%. IHSG berhasil ditutup di level 5.335,53.
Data perdagangan mencatat, aksi beli bersih asing mencapai Rp 1,2 triliun di seluruh pasar sepekan terakhir.
Pasar menyambut gembira potensi kemenangan Biden tersebut, terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia yang valuasi asetnya sensitif terhadap pergerakan dolar AS.
Apabila sampai di akhir perhitungan Biden masih tetap unggul dan jadi presiden, dolar AS akan semakin tertekan. Salah satu pemicu tertekannya dolar AS adalah kebijakan fiskal yang cenderung ekspansif sehingga membuat injeksi likuiditas di perekonomian riil.
Pelemahan dolar AS akan dibarengi dengan keluarnya aliran modal dari AS. Para pemilik modal akan cenderung membawa uangnya dan menanamkannya ke aset-aset keuangan negara berkembang.
Inflow uang dari para pemodal AS yang dibelikan aset-aset ekuitas Tanah Air menjadi mengalami kenaikan harga seperti yang terjadi di pekan ini pada IHSG.
Asing tercatat memborong lima saham perusahaan Indonesia dengan aksi beli bersih lebih dari Rp 100 miliar dalam sepekan. Dua dari lima saham tersebut adalah saham dari sektor perbankan, satu sektor aneka industri, satu sektor pertambangan dan satu sektor konsumen.
Saham yang paling banyak diborong oleh asing minggu ini adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Nilai turnover BBCA dalam sepekan mencapai Rp 3,6 triliun dan asing memborong saham BBCA senilai Rp 1,2 triliun.
BBCA merupakan emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia. Bank yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh Grup Djarum ini berhasil membukukan laba sebesar Rp 20,03 triliun atau turun 4% (yoy) pada sembilan bulan tahun ini.
Meski mengalami penurunan, aset BBCA berhasil tembus Rp 1.000 triliun atau tumbuh dobel digit sebesar 12,3% (yoy). Di sisi lain BBCA merupakan bank yang memiliki likuiditas yang sangat longgar.
Likuiditas tersebut juga ditopang oleh banyaknya dana murah (Current Account Saving Account/CASA) perbankan yang mencapai 76% dari total dana pihak ketiga di bulan September lalu.
Kemudian saham kedua yang juga banyak diboyong oleh asing adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Bank pelat merah ini merupakan salah satu bank dengan aset terbesar di Indonesia. Seminggu ini, asing telah memborong saham BBRI dengan nilai sebesar Rp 440,9 miliar.
Sektor perbankan nasional memang terbilang seksi. Selain semakin memiliki ketahanan yang baik dari sisi permodalan dan likuiditas pasca krisis moneter 1998, sektor perbankan RI juga terkenal dengan imbal hasil dan profitabilitas yang tinggi di mata asing.
Selain itu peran perbankan terhadap perekonomian nasional yang sentral serta masih banyaknya unbanked population di Indonesia menjadi peluang yang dilirik oleh investor asing.
Saham lain yang juga diborong oleh asing adalah saham emiten perusahaan konglomerasi nasional PT Astra International Tbk (ASII). Jumlah anak perusahaan yang sangat banyak, diversifikasi industri luas dan integrasi ekosistem yang di setiap rantai pasok perusahaan holding ini membuat ASII adalah saham yang menarik dan layak dikoleksi oleh asing.
Lagipula saham ASII juga masih terkoreksi dalam sebesar 15,88% secara year to date. Jelas ini semakin menjadi daya tarik bagi investor asing untuk mengkoleksi saham blue chip ini.
Investor asing juga tak mau ketinggalan untuk masuk ke sektor pertambangan emas di Tanah Air. Saham yang dipilih oleh asing adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Asing borong Rp 132,2 miliar saham MDKA yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh emiten Sandiaga Uno yaitu PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan kepemilikan sebesar Rp 19,13%.
Berinvestasi emas memang hal yang sedang ngetren ketika dolar AS sedang jatuh seperti sekarang ini. Investor asing tak mau melewatkan peluang kenaikan harga emas lebih lanjut lantaran peluang Biden menang besar dan akan semakin mendepresiasi dolar AS.
Investor asing juga masuk ke sektor konsumen lewat saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia dan ekonominya ditopang oleh konsumsi.
Kinerja perusahaan yang solid, kapitalisasi pasar yang besar dan jangkauan ke pasar konsumen RI yang sangat besar adalah keunggulan UNVR yang kemungkinan menjadi alasan investor asing memborong saham ini dengan nilai sebesar Rp 117,2 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear Investor, Pasang Sabuk Pengaman, IHSG Mau Lepas Landas!
