Harga CPO Cetak Rekor Tertinggi Baru, Obat Kuatnya Apa Sih?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 November 2020 12:28
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih terus berlanjut. Hari ini Jumat (6/11/2020) harga kontrak berjangka CPO melesat ke level tertinggi baru di sepanjang tahun. 

Kemarin adalah momen ketika harga CPO ditutup melesat tembus level psikologis RM 3.200/ton. Jelang siang ini tepatnya pada 10.40 WIB, harga kontrak CPO pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 20 ringgit atau setara dengan 0,62% ke RM 3.228/ton.

Dalam jajak pendapat Reuters terbaru, persediaan minyak sawit Malaysia kemungkinan merosot ke level terendah tiga tahun pada bulan Oktober akibat cuaca hujan yang kurang bersahabat dan pembatasan akibat pandemi.

Stok minyak sawit di produsen terbesar kedua dunia diperkirakan turun 9,8% (mom) di bulan Oktober menjadi 1,56 juta ton atau terendah sejak Juni 2017 setelah kenaikan marjinal dalam dua bulan terakhir.

Malaysia secara historis mengalami peningkatan stok minyak sawitnya pada Oktober, kata para analis.

"(Puncak) dari hujan yang lebat mengganggu aktivitas panen ... dan adanya pengurangan tenaga kerja di tengah merebaknya Covid-19 kemungkinan akan menurunkan output," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura kepada Reuters.

Penutupan perbatasan dan perintah sementara di negara bagian utama penghasil kelapa sawit Sabah agar perkebunan bekerja dengan kapasitas setengahnya untuk membantu menahan wabah virus Corona telah menyebabkan kekurangan pekerja yang memanen buah sawit yang mudah rusak dan pada akhirnya merusak hasil panen.

Produksi minyak sawit kemungkinan turun 5,6% (mom) ke terendah dalam lima bulan menjadi 1,77 juta ton, sementara ekspor diperkirakan naik 5,5% ke level tertinggi tiga bulan menjadi 1,7 juta ton.

Dewan Minyak Sawit Malaysia akan merilis data resmi pada 10 November. Hasil median survei Reuters menyebutkan konsumsi Malaysia pada Oktober mencapai 283.556 ton.

Ekspor yang tinggi ke India selama musim perayaan Diwali berhasil mengimbangi lemahnya ekspor ke Uni Eropa dan China bulan lalu, tetapi pembelian India diperkirakan melambat pada November.

Tingkat stok kemungkinan akan mengetat hingga akhir tahun karena perkebunan memasuki musim produksi yang lebih rendah dan periode musim hujan yang lebat di kawasan tropis pasifik sebagai akibat dari fenomena La Nina.

La Nina yang melanda kawasan tropis pasifik memicu curah hujan tinggi hingga 40% di atas curah hujan normal. Berkaca pada kejadian sebelumnya, La Nina selalu dibarengi dengan bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor yang membuat aktivitas panen menjadi terganggu dan kerusakan stok.

"Permintaan konsumen juga cenderung turun selama musim dingin India antara Desember dan Maret, ketika konsumen biasanya beralih ke minyak kedelai karena tidak mengeras di cuaca dingin seperti minyak sawit," kata Adrian Kok, analis ekuitas di Kenanga Investment Bank, melansir Reuters.

Kenaikan harga minyak nabati substitusi juga membuat tekanan ke atas pada harga CPO. Harga kontrak berjangka minyak kedelai dan sawit di Bursa Komoditas Dalian meningkat masing-masing 2,3% dan 2,5%. 

Namun ke depan kenaikan harga CPO dibatasi oleh beberapa faktor terutama maraknya lockdown di Eropa akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19. Banyak negara-negara Eropa yang mulai menerapkan kembali pembatasan, Prancis menjadi contoh yang ekstrem karena menerapkan lockdown nasional.

Langkah pembatasan juga dilakukan oleh Jerman, Italia, Inggris, Spanyol, Norwegia dan Hungaria.

Eropa merupakan salah satu destinasi ekspor minyak sawit RI dan Negeri Jiran.

Lockdown membuat mobilitas publik kembali tertekan, akibatnya kebutuhan akan bahan bakar menurun drastis. Hal ini berdampak pada harga minyak yang terkoreksi. CPO merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodiesel yang merupakan bahan bakar alternatif minyak.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Kuat Nanjak, Harga CPO Tembus Rekor Tertinggi 5 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular