
Rupiah Jaya! Dolar AS di Rp 14.250, Terlemah Sejak Juli

Sementara dari dalam negeri, kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh -3,49% pada kuartal III-2020. PDB Tanah Air terkontraksi 5,32% pada kuartal sebelumnya, sehingga Indonesia resmi masuk zona resesi.
Namun ada harapan perbaikan pada kuartal IV-2020. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Oktober-Desember 2020 berada di kisaran -1,6% hingga 0,6%. Ada ruang untuk kembali tumbuh positif.
"Indonesia trennya sudah positif, kita sudah melewati rock bottom pada kuartal II. Tentu kita berharap pada kuartal IV trennya positif, bisa -1,6% atau 0,6%," ungkap Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers di Kantor Presiden, kemarin.
Untuk keseluruhan 2020, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyatakan pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa mendekati 0%. "Bahkan mungkin beberapa dot di atas nol," katanya.
Proyeksi ini menandakan bahwa Indonesia tidak akan lama terjebak di 'lumpur' resesi. Ekonomi sudah bisa kembali tumbuh positif pada kuartal IV-2020, meski risiko kontraksi masih ada.
Optimisme akan perbaikan ekonomi menebal kala pelaku pasar mulai mencium aroma penurunan suku bunga acuan. Dengan inflasi yang rendah dan rupiah yang cenderung menguat (nyaris 3% dalam sebulan terakhir), ruang penurunan Bank Indonesia (BI) 7 Day Reverse Repo Rate memang semakin terbuka.
"BI mungkin akan mulai mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga acuan kala rupiah terus menguat, katakanlah ke kisaran Rp 14.000/US$ atau Rp 13.500/US$. Apalagi kebutuhan valas korporasi masih rendah karena belum pulihnya belanja modal, ditambah dengan arus modal portofolio yang masih deras. Kami memperkirakan ada pemotongan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) pada bulan ini, dengan kemungkinan penurunan 25 bps lagi pada Desember atau kuartal I-2021," papar Helmi Arman, Ekonom Citi, dalam risetnya.
Dengan ekspansi fiskal yang biasanya memang memuncak pada kuartal IV plus kemungkinan stimulus moneter, ruang pemulihan ekonomi Ibu Pertiwi menjadi lebih besar. Ini akan membuat kepercayaan investor meningkat sehingga arus modal terus masuk ke pasar keuangan Indonesia sehingga menopang penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
