Resesi Pertama Sejak 1999, Ekonomi Indonesia Baik-baik Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2020 tumbuh 5,05% secara kuartalan (qoq) tetapi masih minus 3,49% secara tahunan (yoy). Kontraksi PDB dua kuartal berturut-turut secara tahunan membuat Indonesia resmi menyandang status resesi untuk kali pertama sejak 1999. atau 21 tahun silam.
PDB berdasarkan lapangan usaha tumbuh dengan derajat yang berbeda-beda. Data BPS menunjukkan semua lapangan usaha mencatatkan pertumbuhan positif pada kuartal III dibandingkan dengan kuartal II. Ada empat sektor yang tumbuh sampai dobel digit secara kuartalan.
Sektor tersebut antara lain transportasi dan pergudangan yang tumbuh 24,5% (qoq), akomodasi makan dan minum naik 14,8% (qoq), jasa kesehatan meningkat 13,7% (qoq), dan jasa lainnya yang terangkat 10,9% (qoq).
Namun jika dilihat secara tahunan, hanya ada 7 dari 17 sektor yang mencatatkan pertumbuhan di zona positif, sedangkan sisanya masih mengalami kontraksi. Lapangan usaha yang mencatatkan penguatan signifikan baik secara kuartalan maupun tahunan adalah industri kesehatan. Maklum adanya pandemi Covid-19 yang mengglobal membuat sektor kesehatan terdongkak.
Secara year on year industri kesehatan meningkat 15% pada kuartal ketiga tahun ini dibanding kuartal tiga tahun 2019.
Industri lain yang menyusul peningkatan dobel digit sektor kesehatan adalah lapangan usaha sektor informasi dan komunikasi yang naik 10,6% (yoy). Sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di banyak wilayah Tanah Air, kebutuhan akan internet dan akses ke sosial media hanya untuk bersosialisasi maupun bekerja menjadi meningkat.
Pada periode Juli-September sektor industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, hingga pertambangan berkontribusi menyumbang 64,13% dari PDB. Hanya lapangan usaha saja yang mengalami pertumbuhan secara tahunan.
Pertumbuhan di sektor pertanian diakibatkan oleh peningkatan produksi pangan akibat panen padi bergeser. Selain itu kenaikan harga minyak sawit akibat dorongan permintaan global juga menunjukkan adanya harapan pemulihan.
Industri pengolahan mengalami kontraksi 4,31% (yoy). Semua sektor industri mengalami kontraksi kecuali untuk sektor industri makanan dan minuman yang tumbuh 0,66% (yoy), industri logam dasar 5,19% (yoy) dan yang paling signifikan yaitu industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh dobel digit di 14,96% (yoy).
Untuk industri perdagangan juga masih berada di zona negatif dengan penyusutan sebesar 5,03% (yoy). Meski PSBB telah dilonggarkan tetapi minat masyarakat untuk mengunjungi tempat-tempat perbelanjaan belum setinggi sebelum pandemi.
Perdagangan mobil, motor dan suku cadang reparasinya mengalami kenaikan jika dibanding kuartal kedua. Namun masih terkontraksi jika dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun sebelumnya.
GAIKINDO dan AISI melaporkan adanya peningkatan penjualan mobil dan motor seiring dengan pelonggaran PSBB sehingga kontraksi yang sebelumnya sangatlah lebar menjadi menyempit.
Namun target penjualan motor dan mobil untuk tahun ini di angka 6,4 juta dan 1 juta unit tak akan mungkin tercapai. Sebagai alternatif target penjualan motor pun diturunkan menjadi 3,7 juta unit saja.
