Resesi Pertama Sejak 1999, Ekonomi Indonesia Baik-baik Saja?

Sektor konstruksi juga mengalami kontraksi. Adanya pandemi Covid-19 membuat prioritas pemerintah berubah dari yang tadinya ke pembangunan infrastruktur dan konektivitas bergeser menjadi peningkatan upaya untuk menahan kejatuhan perekonomian nasional dengan memberikan berbagai bentuk stimulus.
Di sisi lain kontraksi ini juga dipicu oleh penurunan pengadaan semen serta impor bahan baku untuk konstruksi bangunan terutama yang berbasis besi dan baja hingga kaca.
Harga minyak dan batu bara yang mulai merangkak naik dan aktivitas operasional pertambangan yang mulai menggeliat membuat sektor ini tumbuh positif secara kuartalan. Namun tetap berada di zona kontraksi secara tahunan mengingat permintaan belum benar-benar pulih dan harga komoditas pertambangan masih rendah.
Kendati RI terbukti sah resesi, di kuartal ketiga ada dua sektor yang paling terdampak pandemi yaitu transportasi pergudangan dan akomodasi makan dan minum yang justru jadi jawara.
Kedua sektor ini sangat sensitif dengan mobilitas publik. Ketika mobilitas menurun maka kedua sektor ini akan menjadi yang pertama dan paling terdampak seperti saat pandemi Covid-19.
Pertumbuhan dua sektor ini yang sangat impresif hingga dobel digit atau lebih dari 10% memunculkan adanya harapan bahwa the worst is over, seperti kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Apabila tren peningkatan kasus infeksi Covid-19 terus melambat, PSBB semakin dilonggarkan, mobilitas publik terpantau semakin ramai terutama akibat libur panjang akhir tahun dan sentimen konsumen semakin membaik maka ini sudah menjadi modal yang baik untuk menyongsong kuartal empat yang lebih cerah.
Risiko terbesar pemulihan ekonomi Indonesia tetap masih sama yaitu adanta gelombang kedua infeksi Covid-19 yang sudah mulai merebak di Eropa dan Amerika Utara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)