Jika Biden Menang, Emas Bakal Terbang! Apa Anda Berani Beli?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 November 2020 16:45
Emas Batangan ditampilkan di Hatton Garden Metals, London pada 21 July 2015 (REUTERS/Neil Hall/File Photo)
Foto: Emas Batangan ditampilkan di Hatton Garden Metals, London pada 21 July 2015 (REUTERS/Neil Hall/File Photo)

Biden memang sedang unggul, tetapi pelaku pasar mengkhawatirkan kemungkinan hasil pilpres yang berujung pada gugatan, karena bakal membuat pengambilan kebijakan penting dalam perekonomian menjadi tertunda, seperti misalnya stimulus fiskal.

Artinya, bahan bakar emas untuk menanjak masih belum akan cair dalam waktu dekat.

Tim kampanye Donald Trump menyatakan akan mengajukan gugatan untuk perhitungan suara di Michigan dan Pennsylvania, dua wilayah yang menjadi battleground, dan dapat menentukan kemenangan salah satu kandidat.

Selain itu, pemilihan kali ini tidak hanya memilih presiden tetapi juga anggota house of representative (DPR) dan Senat. Sehingga untuk mempermudah pengambilan kebijakan, misalnya terkait stimulus fiskal, Partai Demokrat harus menang mutlak, baik eksekutif dan legislatif berhasil dikuasai, atau istilah populernya "blue wave".

DPR AS diprediksi masih akan dikuasai oleh Partai Demokrat, tetapi Senat yang saat ini dikontrol Partai Republik masih menjadi tanda Tanya.

Seandainya Senat masih dikuasai Partai Republik, pembahasan berapa besarnya stimulus bisa jadi akan kembali mengalami tarik-ulur.

Meski demikian hal itu dikatakan tidak akan mengubah outlook emas untuk jangka panjang.

"Blue wave akan memberikan kepastian harga emas akan naik, tapi apa yang kita lihat saat ini sudah pasti tidak merubah outlook emas untuk jangka panjang," George Milling-Stanley, kepala ahli strategi emas di State Street Global Advisors, sebagaimana dilansir Kitco, Rabu (4/11/2020).

Milling-Stanley menambahkan, pada akhirnya stimulus fiskal akan digelontorkan karena memang diperlukan perekonomian AS untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Jika harga emas tidak mencapai mencapai US$ 2.000/troy ons di akhir tahun ini, maka akan dicapai dalam tempo 12 bulan ke depan.

Sementara itu Mike McGlone ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence. Ia mengatakan emas saat ini sedang memulai tren penguatan 20 tahun lalu, atau yang disebut supercycle.

"Saya melihat emas saat ini memiliki kesamaan dengan tahun 2001 ketika memulai tren kenaikan. Emas saat ini memulai lagi tren bullish yang dimulai 20 tahun lalu," kata McGlone sebagaimana dilansir Kitco.

McGlone mengatakan selama periode pemerintahan Trump emas sudah melesat 50%, dan siapa pun yang memerintah di AS selanjutnya ia melihat emas akan kembali mencetak kenaikan 50%.

Sama seperti kebanyakan analis lainnya, McGlone juga menilai emas akan lebih diuntungkan Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan umum kali ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular