
IHSG 'Pesta Pora' Biden Bakal Menang, Terbang Nyaris 2%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan Kamis (5/11/20) ditutup 'terbang' 1,85% di level 5.199,69, seiring dari masih unggulnya Biden dibanding Trump hingga pagi menjelang siang hari ini.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 195,04 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 4,7 triliun.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan jual bersih sebesar Rp 36 miliar dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 13 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan beli bersih sebesar Rp 128 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy sebesar Rp 59 miliar.
Beralih ke barat, bursa saham AS, Wall Street kembali terbang pada perdagangan Rabu waktu AS di tengah keunggulan sementara calon dari Partai Demokrat Joe Biden dan mengabaikan risiko 'ancaman' tuntutan hukum petahana Presiden Donald Trump.
Indeks Dow Jones Industrial Average melesat 1,3% ke 27.847,66, baik untuk tiga sesi berturut-turut. Sementara S&P 500 terbang 2,2% ke 3.443,44 dan Nasdaq meroket 3,9% ke 11.590,78.
Perhitungan pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) masih digelar. Namun hasil sementara menunjukkan penantang petahana Joe Biden jauh meninggalkan Presiden Donald Trump.
Dari perhitungan cepat Fox News, Biden tinggal selangkah lagi mendapatkan 270 suara di Electoral College.
Dari website media tersebut, Biden yang berpasangan dengan Kamala Harris memperoleh 264 suara sementara Trump yang berpasangan dengan Mike Pence mendapatkan 214 suara.
Hal ini tak pelak membuat Trump meledakkan emosinya ketika tahu selisih perolehan suaranya dan Biden makin besar. Trump disebut sumber CNN International, uring-uringan dan marah-marah.
Trump juga dikatakan terus mendesak petinggi Partai Republik di Gedung Putih untuk mencari dukungan negara bagian untuk mendapatkan tambahan suara elektoral. Ini guna mempersempit jarak suaranta dengan Biden.
Kemenangan Joe Biden akan berdampak positif bagi negara-negara emerging market, sebab perang dagang AS-dengan China kemungkinan akan berakhir.
Selain itu Biden juga berencana menaikkan pajak korporasi serta stimulus fiskal yang lebih besar, sehingga ada potensi capital inflow ke negara emerging market seperti Indonesia.
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya output ekonomi tumbuh negatif 5,32% YoY. Indonesia sah masuk jurang resesi untuk kali pertama sejak 1999.
Realisasi ini lebih dalam dibandingkan estimasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi tumbuh -3,13% YoY sementara konsensus Reuters berada di -3% YoY.
"Perekonomian di berbagai negara pada triwulan III lebih baik dibandingkan dengan triwulan II. Namun masih ada kendala karena tingginya kasus Covid-19. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam triwulan-triwulan mendatang. Perekonomian beberapa negara mitra dagang Indonesia pada triwulan III masih terkontraksi, tetapi tidak sedalam triwulan II," papar Suhariyanto, Kepala BPS.
Secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), BPS melaporkan PDB Indonesia mampu tumbuh positif 5,05% pada kuartal III-2020. Namun pertumbuhan ekonomi secara kumulatif Januari-September 2020 (cummulative-to-cummulative/CtC) adalah -2,03%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500