Roundup

Rugi Indosat Q3 Bengkak Jadi Rp 457 M, Laba Adaro Ambles 73%

Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 November 2020 08:23
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Indosat Tbk (ISAT). (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)
Foto: Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Indosat Tbk (ISAT). (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (3/11/20) ditutup di zona hijau, naik 0,87% di level 5.159,45.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 300 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp7,5 triliun.

Pilpres AS akan menjadi fokus utama di pekan ini, mengingat dampak besar yang akan ditimbulkan, baik dari segi ekonomi hingga politik dunia.

Oleh sebab itu, ada kecenderungan pelaku pasar akan wait and see sebelum mengalirkan investasinya dalam jumlah besar, termasuk juga di negara emerging market, seperti Indonesia.

Pilpres kali ini mempertemukan petahana dari Partai Republik Donald Trump dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden.

Seandainya Trump kembali memenangi pemilu kali ini, tentunya tidak akan ada perubahan signifikan dari kebijakan yang diterapkan saat ini. Perang dagang dengan China misalnya, masih akan tetap berkobar. Kemudian, dari segi perpajakan tentunya tidak akan berubah, setelah dipangkas pada periode pemerintahannya saat ini.

Untuk memulai lagi perdagangan hari ini, ada baiknya disimak sederet kabar emiten yang terjadi kemarin.

1. Rugi Indosat Bengkak Jadi Rp 457 M, Ini Penyebabnya

Emiten jasa telekomunikasi, PT Indosat Tbk (ISAT) mencatatkan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 436,15 miliar pada periode 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2020.

Capaian kerugian ini tercatat meningkat 60,75% dari periode yang sama di tahun sebelumnya yakni rugi bersih sebesar Rp 284,59 miliar.

Penurunan ini menyebabkan rugi per saham dasar perseroan menjadi lebih dalam jadi Rp 84,19 per saham dari sebelumnya Rp 52,37 per saham.

2. Wah! Prajogo Pangestu Bakal Punya PLTP Terbesar di Dunia 2028

Star Energy Geothermal, afiliasi PT Barito Pacific Tbk (BRPT), menargetkan peningkatan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menjadi setidaknya sebesar 1.200 mega watt (MW) pada 2028 dari kapasitas terpasang saat ini sebesar 875 MW.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Star Energy Geothermal Hendra Tan dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Selasa (03/11/2020).

Dia mengatakan, kapasitas terpasang saat ini berasal dari operasional tiga pembangkit yang dikelola perusahaan. Hal itu tak ayal menjadikan perusahaan menjadi produsen panas bumi terbesar di Indonesia. Ke depan, perusahaan milik Prajogo Pangestu ini ingin mengembangkan lebih banyak lagi proyek geothermal di Indonesia dan diharapkan juga bisa berekspansi sampai ke luar negeri.

3. Meski Laba Q3 Merosot, Unilever Jajaki Akuisisi Brand Baru

Emiten konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menyatakan akan membuka peluang untuk terus mengakuisisi brand baru untuk melengkapi portofolio bisnis perseroan.

Direktur Keuangan Unilever Indonesia, Arif Hudaya menjelaskan, perseroan pada tahun ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditure atau capex senilai 1% dari penjualan perseroan, direvisi dari sebelumnya 2-2,5%.

"Kesempatan akuisisi kami selalu melihat portofolio transformasi dari merek merek kami, kami selalu melihat kesempatan jika ada dalam memperkaya produk-produk Unilever, kami akan selalu lakukan dalam investasi yang tepat," kata Arif, dalam penjelasannya di acara paparan publik secara virtual, Selasa (3/11/2020).

4. Sah! Arutmin Dapat Perpanjangan Kontrak IUPK

PT Arutmin Indonesia, anak usaha produsen batu bara terbesar di Indonesia PT Bumi Resources Tbk (BUMI), resmi mendapatkan perpanjangan kontrak menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada Senin 2 November 2020.

"SK IUPK PT Arutmin Indonesia sudah dikeluarkan pada 2 November 2020," kata Ridwan djamaluddin, Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/11/2020). Meski demikian, Ridwan belum merinci isi dari IUPK tersebut.

5. Efek Pandemi, Laba Adaro Energy Q3 Ambles 73% Jadi Rp 1,6 T

Emiten batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan laba bersih pada 9 bulan tahun ini atau per September 2020 mencapai US$ 109,38 juta atau setara dengan Rp 1,6 triliun (kurs Rp 14.700/US$).

Jumlah laba ini ambles 73,05% dari periode yang sama tahun lalu yang menembus US$ 405,99 juta atau setara dengan Rp 5,96 triliun.

Berdasarkan data laporan keuangan publikasi per kuartal III-2020, koreksi laba bersih ini terjadi seiring dengan penurunan pendapatan induk usaha PT Adaro Indonesia ini.

6. Demi Bangun Tol 8,95 KM, CMNP Tambah Modal Rp 2,63 T

Perusahaan pengelola jalan tol PT Citra Marga Nusaphala Tbk (CMNP) akan segera melaksanakan rencana penerbitan saham barunya pada 13 November 2020 mendatang. Dari aksi korporasi perusahaan bakal mendapatkan dana senilai Rp 2,63 triliun.

Berdasarkan prospektus yang disampaikan perusahaan, dana tersebut akan didapatkan dari penawaran umum terbatas (PUT) II dalam rangka penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan menerbitkan 1,81 miliar saham. Jumlah saham baru yang akan diterbitkan ini setara dengan 33,33% dari jumlah saham yang beredar.

7. Mau Buyback Saham, Emiten Hary Tanoe Siapkan Uang Rp 675 M

Emiten milik taipan Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Investama Tbk (BHIT) mengumumkan rencana pembelian kembali saham perseroan atau buyback senilai Rp 675 miliar.

Direktur Utama perseroan, Darma Putra, dalam penjelasannya di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, rencana buyback ini akan dilaksanakan pada periode November sampai dengan Februari 2021.

MNC Investama berniat membeli sebanyak-banyaknya 7,4 persen dari modal disetor dan ditempatkan sebesar 5 miliar saham. Hal ini mengacu pada Peraturan OJK Nomor 2/2013 dan SEOJK 3/2020 mengenai jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi dari 20% dari jumlah modal disetor dengan ketentuan sedikitnya saham beredar (free float) 7,5%.

8. INDY Terbitkan Global Bond Rp 9,83 T, Ada Rencana Bisnis Apa?

Emiten pertambangan batu bara, PT Indika Energy Tbk (INDY) telah menyelesaikan penerbitan surat utang dalam denominasi dollar senilai US$ 675 juta atau setara Rp 9,83 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.570 per dollar AS.

Rencananya, dana dari penerbitan global bond ini akan dipakai untuk membiayai kembali utang (refinancing) senilai US$ 500 juta yang diterbitkan Indo Energy Finance II B.V. Surat utang dengan bunga sebesar 6,37% itu akan jatuh tempo pada 2023 mendatang. Selain itu, perseroan juga berencana mendiversifikasi bisnisnya di luar bisnis pertambangan batu bara.

9. Dicaplok Chairul Tanjung, Saham Bank Harda Tembus ARA!

Harga saham PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) berhasil terbang menyentuh level auto reject atas (ARA) pada perdagangan hari ini, Senin (3/11/20) setelah muncul keterbukaan informasi bahwa Bank Harda akan diakuisisi oleh Mega Corpora perusahaan milik pengusaha kondang Chairul Tanjung.

Tercatat hanya butuh waktu 1 menit bagi saham BBHI untuk terbang menyentuh level ARA-nya, pada 9:01 WIB, BBHI sudah diperdagangkan mentok naik 34,55% di level Rp 222/saham.

Hingga akhir sesi pertama tercatat BBHI sudah ditransaksikan sebesar Rp 1,16 miliar dengan volume 5,25 juta lot dan frekuensi sebanyak 209 kali.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba ISAT 2022 Anjlok 30% Jadi Rp 4T, Padahal Pendapatan Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular