Jelang Pemungutan Suara, Dow Futures Melesat Lagi 400 Poin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 November 2020 19:11
Smartsheet Inc. President and CEO Mark Mader attends his company's IPO on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in New York, U.S., April 27, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (3/11/2020) meroket, berpeluang melanjutkan reli Wall Street kemarin di tengah penantian hasil pemilihan presiden (pilpres) AS.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average loncat 400 poin (+1,7%) , bersamaan dengan kenaikan harga kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq yang juga bergerak ke teritori positif.

"Hari ini pasar saham didorong faktor teknikal-pasar yang berbalik menguat dari posisi terendahnya, mengonfirmasi momentum ekonomi, meski di tengah kenaikan kasus Covid," tutur Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi Leuthold Group, kepada CNBC International.

Bursa saham juga menguat setelah Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor manufaktur AS versi ISM per Oktober tercatat di atas angka 50, tepatnya pada 59,3. Artinya, manufaktur Negara Adidaya tersebut bakal berekspansi.

Polling terbaru dari NBC News/Wall Street Journal menunjukkan bahwa mantan Wakil Presiden Joe Biden sebagai calon penantang dari Partai Demokrat mengungguli calon presiden petahana Donald Trump di hari terakhir jelang pemungutan suara dengan meraih 52% suara.

Pilpres di AS akan melibatkan 94 juta suara. Pasar bertaruh Biden akan unggul telak, sehingga kecil kemungkinan muncul pertikaian mengenai hasil pilpres sehingga pemerintah ke depan bakal lebih cepat menyelesaikan stimulus tahap kedua.

Pemilihan anggota senat juga sangat krusial bagi pasar karena bakal mempengaruhi mulus-tidaknya kebijakan stimulus fiskal.

Namun, sentimen negatif membayangi dari perkembangan pandemi Covid-19 di AS yang mencatatkan kenaikan kasus pada Minggu, sebanyak lebih dari 81.400 atau yang pertama melampaui level psikologis 81.000 menurut catatan CNBC International.

Di Eropa, Inggris memberlakukan karantina wilayah (lockdown) ketat, bergabung dengan Prancis, Jerman, Yunani, Belgia dan Austria yang telah lebih dulu memberlakukannya menyusul lonjakan kasus baru Covid-19.

Beberapa perusahaan akan merilis kinerja keuangannya sebelum bel penutupan pasar, di antaranya Bayer dan Fox Corp.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Analis: Koreksi IHSG Terimbas Pelemahan Wall Street

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular