Trump vs Biden, Begini Pengaruhnya ke Bursa Saham RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan presiden Amerika Serikat akan segera diselenggarakan dalam waktu dekat, tepatnya pada Selasa (3/11/2020) waktu setempat. Persaingan antara Demokrat dan Republik kali ini berlangsung sengit lantaran kedua pasangan membawa kebijakan yang berbeda.
Ketegangan pilpres yang berlangsung di sisi lain bumi ini juga terasa hingga ke Indonesia. Pelaku pasar menantikan siapa pemimpin Amerika berikutnya karena setiap kebijakan yang akan diterapkan selama empat tahun ke depan akan berdampak pada keputusan untuk berinvestasi.
Chief Marketing Officer Jarvis Asset Management Kartika Sutandi mengatakan dua kebijakan yang akan diterapkan oleh kedua calon presiden AS akan memberikan dampak bertolak belakang pada Indonesia. Sebab sudah barang pasti kebijakan yang akan diterapkan oleh calon presiden yang didukung partai Demokrat akan lebih menguntungkan pasar keuangan dalam negeri.
"[Kalau] Demokrat menang dan dia punya senat harus Demokrat juga. Karena kalau Demokrat dua-duanya stimulusnya gede banget," kata Kartika kepada CNBC Indonesia, Senin (2/11/2020).
Selain karena kebijakan stimulus, Joe Biden juga bakal kembali meningkatkan setoran pajak dari korporasi AS setelah empat tahun terakhir presiden petahana memilih untuk menurunkan tarif pajak.
Dua kebijakan tersebut dinilai bakal menguntungkan buat pasar emerging market termasuk Indonesia karena investor dinilai bakal mencari peluang pertumbuhan investasi di negara lain.
Namun demikian, Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma memberikan peringatan bahwa dengan terpilihnya Biden bakal meningkatkan risiko ketegangan politik antara AS dengan Rusia.
Kedua pelaku pasar ini sepakat, kebijakan green energy yang akan diterapkan oleh Biden juga akan memberikan keuntungan buat Indonesia. Pasalnya, ada peluang permintaan nikel akan mengalami peningkatan untuk produksi electric vehicle (EV) battery. Hingga saat ini Indonesia masih menjadi produsen nikel terbesar di dunia.
"Kalau Biden [menang], saham-saham komoditas yang mendapatkan sentimen positif seperti nikel dan emas," kata Suria.
Sementara itu, jika Donald Trump kembali memimpin setelah pemilihan presiden kali ini, maka kondisi yang sama dengan saat ini akan terus berlanjut. Peluang terjadinya perang dagang juga diperkirakan akan kembali berlanjut.
Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir, keunggulan Biden semakin melebar terutama di tiga negara bagian penting (Rust Belt) yang dimenangkan Trump 4 tahun lalu, menurut jajak pendapat Reuters / Ipsos yang dirilis Minggu (1/11/2020).
Biden memimpin Trump dengan 10 persentase poin di Wisconsin dan Michigan, dan unggul 7 poin di Pennsylvania.
Biden juga memimpin atas Trump di ketiga negara bagian di setiap jajak pendapat mingguan Reuters / Ipsos yang dimulai pada pertengahan September, dan keunggulannya telah berdetak lebih tinggi di setiap negara bagian selama 2 minggu terakhir.
Saat ini, Reuters/Ipsos sedang melakukan jajak pendapat calon pemilih di enam negara bagian - Wisconsin, Pennsylvania, Michigan, North Carolina, Florida dan Arizona - yang akan memainkan peran penting dalam memutuskan apakah Trump memenangkan masa jabatan kedua atau digantikan Biden.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Harga Emas Drop Lagi saat Trump & Biden Adu Mulut