
Jika Biden Menang Pemilu, Rupiah dapat Berkah dari Langit?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah sebulan ini pasar keuangan global bergerak relatif "sideways". Pasalnya, semua investor dunia menantikan hasil pemilu Amerika Serikat (AS), sebuah perhelatan politik yang akan menentukan arah perkembangan politik, ekonomi, dan dinamika pasar keuangan global ke depan.
Memang setiap manuver Trump sejak kemenangannya di tahun 2016 selalu membuat seluruh pelaku pasar keuangan global kerepotan. Kemenangannya atas Hillary Clinton pada Oktober 2016 memicu outflows dari pasar SBN dan Saham, dan Rupiah pun melemah cukup tajam.
Gebrakan pertama yang membuat pasar saham global mengalami "sell-off" dan menekan seluruh mata uang negara berkembang adalah keputusannya di April 2018 yang mengobarkan perang dagang dengan China.
Perang dagang AS-China yang meluas ke konflik diplomatik antara dua raksasa dunia dan bahkan masih berlangsung hingga kini tersebut telah membuat pasar saham dunia bergejolak, memicu pelarian modal dari negara berkembang dan tekanan ke mata uang dunia karena aksi "flight to quality" ke asset yang dipandang safe haven seperti US Treasury Bond.
![]() |
Dengan hasil poling yang mengindikasikan Biden akan memenangkan pemilu dalam sepekan terakhir, telah meningkatkan eforia di pasar keuangan global.
Lalu bagaimana dengan dampaknya ke pasar keuangan Indonesia bila Biden memenangkan pemilu.
"Sudah sewajarnya bila pasar keuangan global menyambut positif terhadap presiden AS yang akan lebih memberikan ketenangan kepada investor, bukan malah membuat jittery," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/11/2020).
Menurutnya, selama tahun 2018 dan 2019 perang dagang antara AS dan China yang berkepanjangan telah membuat Rupiah tertekan berkepanjangan. Bank Indonesia pun harus melakukan stabilisasi kurs secara intens.
Lanjut Nanang, hasil polling pemilu AS dengan indikasi kemenangan Biden telah mendorong kurs NDF turun tajam dari Rp 14.800 per Dolar AS akhir pekan lalu ke posisi pembukaan pasar hari ini di Rp 14.660 per US$.
Sejumlah bank di pembukaan pasar hari ini juga banyak yang bahkan membuka posisi short dollar dan memberikan kuotasi langsung di bawah Rp 14.600.
"Bila presiden AS terpilih nanti kebijakan dan keputusan lebih "predictable" dan tidak "provocative" seharusnya akan mendorong aksi "flight From quality" dari aset yang dipandang aman seperti US Treasury Bond dan Emas, serta disertai pelemahan dollar AS atau penguatan mata uang Emerging Market. Dan indikasi ini sudah mulai terlihat dari turunnya kurs NDF di pasar offshore," imbuhnya.
Meski demikian, kewaspadaan dinilai tetap harus tinggi, karena proses pemilu AS belum selesai dan bisa saja muncul ketidakpastian baru bila salah satu calon saling meng-claim kemenangan.
"Apapun hasilnya, pastinya Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk mengawal kestabilan Rupiah," jelasnya.
Sebagaimana diberitakan perebutan kursi di Senat AS juga masih ketat antara Demokrat dan Republikan, sehingga apakah yang dinamakan 'Blue Wave' atau kemenangan demokrat untuk merebut gedung putih dan menguasai kursi di senat. "Harus kita tunggu beberapa hari lagi," tegasnya.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Kritik Penunjukan Kamala Berisiko Bagi Partai Demokrat