Dolar AS di Bawah Rp 14.600, Rupiah Terbaik Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 November 2020 10:05
Ilustrasi pecahan uang 75.000. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi pecahan uang 75.000. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun berjaya di perdagangan pasar spot.

Hari ini, Selasa (3/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.609. Rupiah menguat 0,74% dibandingkan posisi kemarin.

Rupiah pun hijau di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.580 di mana rupiah menguat 0,31%.

Tidak hanya rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia juga terapresiasi di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya dolar Hong Kong, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan yang masih ngendon di zona merah.

Namun rupiah spesial, karena penguatan 0,31% sudah cukup untuk membuatnya jadi yang terbaik di Benua Kuning. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:02 WIB:

Investor memang sedang menjauhi dolar AS. Pada pukul 09:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,16%.

Maklum, mata uang Negeri Paman Sam sudah menguat cukup tajam. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index masih menguat 1,11% secara point-to-point meski saat ini melemah.

Artinya, potensi cuan yang bisa didapat pelaku pasar masih cukup besar. Ini akan memancing perilaku ambil untung (profit taking) yang kemudian membuat dolar AS terdepresiasi.

Survei Reuters terhadap 42 analis yang dihelat pada 27 Oktober-2 November menyebutkan, saat ini pelaku pasar cenderung mengambil posisi jual (short) terhadap dolar AS. Sebanyak 29 analis atau hampir 70% menyatakan akan mengambil posisi tersebut, terutama setelah hasil pemlihan presiden (pilpres) sudah diketahui.

"Pergerakan dolar AS akhir-akhir ini tergantung terhadap sentimen pilpres. Setelah hasil pilpres diketahui, akan terbuka ruang untuk menjual dolar AS," kata Steve Englander, Head of Global G10 FX Research Standard Chartered.

dolarReuters

Ke depan, prospek dolar AS juga masih suram karena siapapun presidennya kebijakan moneter akan tetap longgar. Sebab ekonomi AS masih perlu sokongan stimulus moneter berupa suku bunga rendah.

"Apapun hasil pilpres AS, kebijakan bank sentral akan tetap akomodatif. Pelaku pasar punya ekspektasi bahwa likuiditas akan berlimpah," sebut riset ANZ.

Dengan situasi dolar AS yang sedang tertekan, mata uang lain punya peluang besar untuk menguat. Rupiah pun tidak mau ketinggalan memanfaatkan kesempatan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular