Trump vs Biden, Siapa yang Paling Bikin Cuan Pasar Saham RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata seluruh penjuru dunia saat ini sedang tertuju kepada Amerika Serikat (AS). Pasalnya Negeri Paman Sam dalam waktu kurang dari 24 jam akan mengadakan pemilihan presiden (pilpres), pada 3 November waktu AS.
Tentunya seluruh dunia termasuk para investor bertanya-tanya siapakah yang nantinya akan memimpin negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Well, terdapat dua kandidat utama yang pertama tentunya petahana dari Partai Republik, taipan properti Donald Trump dengan pasangannya Mike Pence, sedangkan pesaingnya datang dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden AS era Barack Obama, yakni Joe Biden dan pasangannya Kamala Harris.
Dalam beberapa hari terakhir, keunggulan Biden semakin melebar terutama di tiga negara bagian penting (Rust Belt) yang dimenangkan Trump 4 tahun lalu, menurut jajak pendapat Reuters / Ipsos yang dirilis Minggu.
Biden memimpin Trump dengan 10 persentase poin di Wisconsin dan Michigan, dan unggul 7 poin di Pennsylvania.
Biden juga memimpin atas Trump di ketiga negara bagian di setiap jajak pendapat mingguan Reuters / Ipsos yang dimulai pada pertengahan September, dan keunggulannya telah berdetak lebih tinggi di setiap negara bagian selama 2 minggu terakhir.
Saat ini, Reuters/Ipsos sedang melakukan jajak pendapat calon pemilih di enam negara bagian - Wisconsin, Pennsylvania, Michigan, North Carolina, Florida dan Arizona - yang akan memainkan peran penting dalam memutuskan apakah Trump memenangkan masa jabatan kedua atau digantikan Biden.
Kemenangan di negara bagian battleground states di mana terdapat banyak swing voters di negara bagian tersebut menjadi sangat penting pada pilpres AS karena pemenang pilpres AS tidak ditentukan dari popular votes melainkan pasangan yang menang di sebagian besar negara bagian akan mendapatkan seluruh electoral votes negara bagian tersebut.
Well, survei memang sudah mengatakan kalau kemungkinan Joe Biden untuk terpilih lebih besar daripada eks taipan properti Donald Trump.
Akan tetapi bagaimana sebenarnya prospek kedua kandidat dalam kemampuannya menggerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Mana pasangan yang jika terpilih akan lebih menguntungkan indeks lokal?
Sebenarnya kedua pasangan memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri bagi investor dalam negeri.
Dari sisi Donald Trump, kebijakan Partai Republik yang doyan memangkas seluruh jenis pajak termasuk pajak korporasi menyebabkan perusahaan-perusahaan besar senang.
Maka tidak ayal apabila selama kepemimpinan Trump sebelum diserang Covid-19 indeks acuan Wall Street berterbangan dibandingkan dengan kepemimpinan Presiden Obama karena beban pajak yang perlu dibayarkan perusahaan akan turun apabila presidenya orang Republican.
Tentunya apabila Wall Street terus menghijau akan menyeberang lautan dan membawa dampak positif ke bursa lokal, paling tidak secara psikologis.
Akan tetapi apabila dipimpin oleh Trump dengan jargonya 'America First' maka bisa dipastikan perang dagang AS-China masih akan berlanjut.
Bahkan tidak hanya China, sikap Trump yang selalu mendahulukan kepentingan AS tentunya Trump siap untuk melakukan perang dagang dengan negara manapun yang dianggap merugikan AS.
Dengan adanya tensi perang dagang yang tetap tinggi maka perekonomian global akan sulit pulih pascaserangan pandemi virus corona dan merupakan sentimen negatif bagi pasar modal.
Sebenarnya hubungan AS-Indonesia tidak buruk-buruk amat.
Buktinya Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump akhirnya memperpanjang fasilitas sistem tarif preferensial umum atau Generalized System of Preferences (GSP) dengan Indonesia pada Sabtu (31/10/2020) lalu. GSPini membuat produk Indonesia mudah masuk dan lebih bersaing di pasar AS.
![]() Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden answers a question as President Donald Trump listens during the second and final presidential debate Thursday, Oct. 22, 2020, at Belmont University in Nashville, Tenn. (AP Photo/Morry Gash, Pool) |
GSP merupakan fasilitas perdagangan pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari AS pada tahun 1980.
Dengan demikian, kemungkinan besar meskipun Trump kembali terpilih, Indonesia akan tetap aman dari ancaman perang dagang dengan AS.
Akan tetapi perlu dicatat sifat Trump yang sering tantrum dan sulit ditebak tetap membawa risiko suatu hari Trump akan menaikkan bea dan tarif barang-barang asal Indonesia.
Selain itu kesukaran Presiden Trump untuk ditebak perilakunya juga kadang-kadang bagai pedang bermata dua, tidak jarang cuitan (tweet) Mr. Trump membuat ambruk pasar modal dalam waktu singkat. Ingat ketidakpastian adalah musuh utama pasar modal.
Sedangkan apabila Joe Biden terpilih kembali tentunya juga terdapat keuntungan dan kerugian tersendiri.
Sentimen positif bagi pasar modal global apabila Biden terpilih tentunya dengan sikap Biden yang cenderung lebih lunak terhadap China dan negara-negara lainnya tentu saja membuka peluang perang dagang akan segera usai.
Akan tetapi kebiasaan pemimpin Partai Demokrat tentunya adalah menaikkan pajak, terutama pajak korporasi, sehingga tentunya para petinggi-petinggi perusahaan baik yang publik maupun privat serta para investor tidak akan senang akan kebijakan ini.
Sektor-sektor yang nantinya akan terdampak tentunya adalah sektor dengan produk yang akan di ekspor atau di impor dari AS seperti komoditas minyak sawit yang salah satu pembeli utamanya adalah Paman Sam apabila Trump melancarkan perang dagang dengan Indonesia bisa saja komoditas ini menjadi korban kenaikan tarif masuk yang tinggi.
Selain itu menarik pula melirik saham-saham MNC Group sebab seperti diketahui pemilik dari konglomerasi ini adalah Hary Tanoesudibjo yang memiliki kedekatan tersendiri dengan Donald Trump.
Pada tahun 2016 silam ketika Trump terpilih sebagai Presiden AS Hary Tanoe dikabarkan diundang ke acara inagurasi presiden Trump.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump vs Biden, Cuan IHSG Bakal Condong ke Mana Hayooo?
