
Wadaw! Wall Street Futures Terjun Bebas, Emas Ikut Nyungsep

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Indeks saham berjangka Amerika Serikat (AS) atau Wall Street futures, terjun bebas pada perdagangan Rabu (28/10/2020). Terjunnya Wall Street futures tersebut menjadi indikasi bursa saham AS akan merosot saat pembukaan perdagangan nanti.
Tidak hanya bursa saham AS, harga emas dunia juga ikut terseret turun. CNBC International melaporkan indeks Dow Jones futures terjun lebih dari 400 poin atau 1,5%, disusul indeks S&P 500 futures minus 1,3%, dan Nasdaq futures minus 1%.
Sementara itu pada pukul 17:39 WIB, harga emas dunia merosot 0,58% ke US$ 1.895,71/troy ons di pasar spot. Padahal siang tadi emas masih menguat ke US$ 1.910,5/troy ons, artinya dari level tertinggi harian tersebut emas terseret 0,77% akibat terjunnya Wall Street futures.
Merosotnya Wall Street futures terjadi akibat memburuknya sentimen pelaku pasar melihat lonjakan kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Eropa benar-benar mengalami serangan virus corona gelombang kedua. Berdasarkan data terbaru dari Worldometer, jumlah kasus Covid-19 bertambah sebanyak lebih dari 220 ribu kasus.
Rusia kini menjadi perhatian, pada 27 Oktober jumlah kasusnya bertambah sebanyak 33.897 orang, naik tajam ketimbang hari sebelumnya 16.710 orang melansir Euro News. Prancis juga sama, kemarin jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 26.771 orang, tetapi sehari sebelumnya mencapai 52.010 orang, menjadi penambahan kasus harian terbanyak sejak pandemi melanda pemenang Piala Dunia 2018 ini.
Jerman, motor penggerak ekonomi Benua Biru juga tidak lepas dari serangan virus yang berasal dari kota Wuhan China ini. Tercatat ada 11.409 kasus baru pada Selasa kemarin. Rekor penambahan harian terbanyak terjadi 14.714 orang pada 24 Oktober lalu.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, bahkan mengatakan negaranya kemungkinan kehilangan kendali atas penyebaran Covid-19, dan mengatakan "situasinya mengancam", sebagaimana dilansir Guardian.
Sementara itu, Reuters melaporkan Merkel berencana untuk melakukan karantina ringan (lockdown light), yang akan melarang beroperasinya bar, restaurant, serta acara publik. Karantina total dikatakan akan dihindari, karena dikhawatirkan membuat perekonomian Jerman kembali merosot.
Serangan virus corona gelombang kedua tersebut membuat mata uang Eropa berguguran, alhasil indeks dolar AS menjadi menguat 0,44% yang akhirnya menekan harga emas.
Dalam beberapa hari terakhir, emas selalu bolak-balik di kisaran US$ 1.900/troy ons. Sebabnya pemilihan presiden (pilpres) AS yang akan berlangsung pekan depan.
Wajar saja harga emas tidak kemana-mana, sebab dalam sepekan ke depan ada faktor krusial yang akan menentukan nasib emas. Pertama pada Kamis besok akan dirilis data data pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2020, yang diprediksi akan tumbuh hingga 32,5% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized) berdasarkan survei Refinitiv.
Kenaikan masif tersebut bisa terjadi akibat low base effect, dimana di kuartal II-2020 lalu pertumbuhan ekonomi AS mengalami kontraksi 31,4%.
Data yang apik, bisa jadi akan menurunkan minat investor terhadap emas yang menyandang status safe haven. Selain itu stimulus fiskal yang akan digelontorkan AS kemungkinan tidak akan besar, seandainya ekonomi AS dinilai menunjukkan kebangkitan yang signifikan.
Kemudian pekan depan akan ada pemilihan presiden AS yang mempertemukan petahana dari Partai Republik, Donald Trump, dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden.
Emas memang belum mampu jauh dari level US$ 1.900/troy ons, namun Andy Hecht partner di bubbatrading.com, mengatakan akan senang jika harga emas dunia menurun, sebab ia bisa membeli lebih banyak emas.
"Saya menyambut penurunan harga emas, saya ingin melihat harga emas turun, itu artinya saya akan membeli lebih banyak emas," kata Hecht sebagaimana dilansir Kirco, Kamis (23/10/2020).
"Saya melihat kita masih di tahap awal supercyle komoditas, itu artinya emas akan melesat tinggi, begitu juga dengan perak," katanya.
Terkait dengan pilpres di AS, siapa pun pemenangnya apakah petahana Donald Trump, atau penantangnya Joe Biden, harga emas dikatakan tetap akan menguat.
Tetapi jika Biden yang memenangi pilpres akan lebih menguntungkan bagi emas, sebab menurut Hetch nilai stimulus yang akan digelontorkan lebih besar.
Hal senada juga diungkapkan Mike McGlone ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence. Ia mengatakan emas saat ini sedang memulai tren penguatan 20 tahun lalu, atau yang disebut supercycle.
"Saya melihat emas saat ini memiliki kesamaan dengan tahun 2001 ketika memulai tren kenaikan. Emas saat ini memulai lagi tren bullish yang dimulai 20 tahun lalu," kata McGlone sebagaimana dilansir Kitco.
McGlone mengatakan selama periode pemerintahan Trump emas sudah melesat 50%, dan siapa pun yang memerintah di AS selanjutnya ia melihat emas akan kembali mencetak kenaikan 50%.
Sama dengan Hetch, McGlone juga menilai emas akan lebih diuntungkan Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan umum kali ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
