Wadaw! Wall Street Futures Terjun Bebas, Emas Ikut Nyungsep

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 October 2020 19:00
Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)

Dalam beberapa hari terakhir, emas selalu bolak-balik di kisaran US$ 1.900/troy ons. Sebabnya pemilihan presiden (pilpres) AS yang akan berlangsung pekan depan.

Wajar saja harga emas tidak kemana-mana, sebab dalam sepekan ke depan ada faktor krusial yang akan menentukan nasib emas. Pertama pada Kamis besok akan dirilis data data pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2020, yang diprediksi akan tumbuh hingga 32,5% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized) berdasarkan survei Refinitiv.

Kenaikan masif tersebut bisa terjadi akibat low base effect, dimana di kuartal II-2020 lalu pertumbuhan ekonomi AS mengalami kontraksi 31,4%.

Data yang apik, bisa jadi akan menurunkan minat investor terhadap emas yang menyandang status safe haven. Selain itu stimulus fiskal yang akan digelontorkan AS kemungkinan tidak akan besar, seandainya ekonomi AS dinilai menunjukkan kebangkitan yang signifikan.

Kemudian pekan depan akan ada pemilihan presiden AS yang mempertemukan petahana dari Partai Republik, Donald Trump, dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden.

Emas memang belum mampu jauh dari level US$ 1.900/troy ons, namun Andy Hecht partner di bubbatrading.com, mengatakan akan senang jika harga emas dunia menurun, sebab ia bisa membeli lebih banyak emas.

"Saya menyambut penurunan harga emas, saya ingin melihat harga emas turun, itu artinya saya akan membeli lebih banyak emas," kata Hecht sebagaimana dilansir Kirco, Kamis (23/10/2020).

"Saya melihat kita masih di tahap awal supercyle komoditas, itu artinya emas akan melesat tinggi, begitu juga dengan perak," katanya.

Terkait dengan pilpres di AS, siapa pun pemenangnya apakah petahana Donald Trump, atau penantangnya Joe Biden, harga emas dikatakan tetap akan menguat.

Tetapi jika Biden yang memenangi pilpres akan lebih menguntungkan bagi emas, sebab menurut Hetch nilai stimulus yang akan digelontorkan lebih besar.

Hal senada juga diungkapkan Mike McGlone ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence. Ia mengatakan emas saat ini sedang memulai tren penguatan 20 tahun lalu, atau yang disebut supercycle.

"Saya melihat emas saat ini memiliki kesamaan dengan tahun 2001 ketika memulai tren kenaikan. Emas saat ini memulai lagi tren bullish yang dimulai 20 tahun lalu," kata McGlone sebagaimana dilansir Kitco.

McGlone mengatakan selama periode pemerintahan Trump emas sudah melesat 50%, dan siapa pun yang memerintah di AS selanjutnya ia melihat emas akan kembali mencetak kenaikan 50%.

Sama dengan Hetch, McGlone juga menilai emas akan lebih diuntungkan Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan umum kali ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular