Ekonomi Australia Diramal Tumbuh, Dolarnya Naik ke Rp 10.440

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 October 2020 15:15
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (27/10/2020).

Perekonomian Negeri Kanguru yang diprediksi akan tumbuh di kuartal III-2020 memberikan sentimen positif ke dolar Australia, meski penguatannya masih tertahan ekspektasi pemangkasan suku bunga bulan depan.

Pada pukul 14:20 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.441,13, dolar Australia menguat 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Wakil Gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Guy Debelle mengatakan produk domestic bruto (PDB) di kuartal III-2020 kemungkinan akan tumbuh setelah mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 2 kuartal beruntun.

Di kuartal II-2020, PDB mengalami kontraksi 7% quarter-on-quarter (QoQ), sementara di 3 bulan pertama tahun ini minus 0,3% QoQ. Yang artinya Australia mengalami resesi teknikal.

Secara tahunan atau year-on-year (YoY, di kuartal II lalu PDB minus 6,3%, sementara di kuartal I masih tumbuh 1,6% YoY.

Debelle mengatakan, lockdown di Negara Bagian Victoria akibat serangan virus corona gelombang kedua cukup membebani PDB, tetapi di negara bagian lainnya pertumbuhan ekonomi cukup solid.

"Pemulihan ekonomi di negara bagian lainnya mampu mengimbangi kontraksi di Victoria, bahkan bisa membawa PDB tumbuh. Kemungkinan penurunan di Victoria juga tidak seburuk perkiraan kami di bulan Agustus," kata Debelle sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (27/10/2020).

Meski demikian, penguatan dolar Australia masih terbatas sebab RBA memberikan indikasi akan memangkas suku bunga pada bulan November mendatang.

Gubernur RBA, Philip Lowe, yang berbicara di acara konferensi investasi tahunan Citi Group Kamis (15/10/2020) lalu mengatakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendukung pasar tenaga kerja serta mengurangi tekanan dari penguatan dolar Australia.

Data terbaru yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik menunjukkan tingkat pengangguran Australia naik menjadi 6,9% pada bulan September, dari bulan sebelumnya 6,8%.


"Ketika pandemi berada di titik terburuk dan diperparah dengan pembatasan aktivitas, kami melihat dampak dari pelonggaran moneter tidak terlalu besar," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au, Kamis (15/10/2020).

"Saat ekonomi mulai dibuka, akan masuk akan untuk memperkirakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendorong perekonomian berputar lebih cepat ketimbang sebelumnya," tambahnya.

Lowe juga mengatakan, suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya dalam 2 sampai 3 tahun ke depan.

Selasa pekan lalu, rilis notula rapat kebijakan moneter RBA yang dihelat 6 Oktober lalu menunjukkan jika suku bunga akan kembali di pangkas pada bulan November. Tidak hanya memangkas suku bunga, RBA juga akan menggelontorkan miliaran dolar untuk memacu perekonomian.

Dalam notula tersebut, RBA melihat jika memangkas suku bunga saat ini akan memberikan dampak lebih besar ke perekonomian ketimbang saat pada bulan April dan Mei lalu.

Hasil survei Reuters menunjukkan RBA diprediksi akan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1% dari saat ini 0,25% di bulan November.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular