Get Ready! Emas Sudah 'Pasang Kuda-Kuda' Untuk Terbang Tinggi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 October 2020 09:24
emas
Foto: Dok Freepik

Meski stimulus fiskal di AS batal cair di pekan ini, tetapi cepat atau lambat pasti akan terjadi, sebab memang diperlukan untuk memacu perekonomian. Hal tersebut tentunya menguntungkan emas dari 2 sisi.

Yang pertama saat stimulus fiskal cair, maka jumlah uang yang beredar akan bertambah, secara teori hal tersebut akan membuat nilai tukar dolar AS melemah.

Dolar AS dan emas memiliki korelasi negatif, artinya ketika dolar AS turun maka emas cenderung naik. Hal itu terjadi karena emas dibanderol dengan dolar AS, ketika the greenback melemah, harga emas akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dan permintaan berpotensi meningkat.

Kemudian yang kedua, bertambahnya jumlah uang bereda berisiko memicu inflasi. Emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, sehingga akan diburu oleh pelaku pasar.

Pilpres di AS pada awal bulan depan juga akan menentukan seberapa tinggi emas akan terbang.

Bank investasi kelas dunia asal Swiss, UBS Global Wealth Management mengatakan, saat ini merupakan waktu yang pas menempatkan dana di instrumen emas.
Investasi di emas dinilai menjadi tempat yang sangat baik menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat, kata UBS kepada CNBC Internasional.

"Kami menyukai emas, karena kami pikir emas kemungkinan akan benar-benar mencapai sekitar US$ 2.000 per ounce pada akhir tahun," kata Kelvin Tay, Kepala Investasi Regional UBS, dikutip Selasa (29/9/2020).

"Dan emas memiliki lindung nilai tertentu," kata Tay.

"Jika terjadi ketidakpastian atas pemilu AS dan pandemi Covid-19, emas adalah lindung nilai yang sangat, sangat bagus. Dan kelemahannya baru-baru ini merupakan titik masuk yang bagus bagi investor," tambahnya, saat berbicara dalam acara Squawk Box CNBC.

Andy Hecht partner di bubbatrading.com, mengatakan investor seharunya menyambut penurunan harga emas karena akan membuka peluang untuk beli.

"Saya menyambut penurunan harga emas, saya ingin melihat harga emas turun, itu artinya saya akan membeli lebih banyak emas," kata Hecht sebagaimana dilansir Kirco, Kamis (23/10/2020).

"Saya melihat kita masih di tahap awal supercyle komoditas, itu artinya emas akan melesat tinggi, begitu juga dengan perak," katanya.

Terkait dengan pilpres di AS, siapa pun pemenangnya apakah petahana dari Partai Republik, Donald Trump, atau penantangnya dari Partai Demokrat, Joseph 'Joe' Biden, harga emas dikatakan tetap akan menguat.

Tetapi jika Biden yang memenangi pilpres akan lebih menungtungkan bagi emas, sebab menurut Hetch nilai stimulus yang akan digelontorkan lebih besar.
Hal senada juga diungkapkan Mike McGlone ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence. Ia mengatakan emas saat ini sedang memulai tren penguatan 20 tahun lalu, atau yang disebut supercycle.

"Saya melihat emas saat ini memiliki kesamaan dengan tahun 2001 ketika memulai tren kenaikan. Emas saat ini memulai lagi tren bullish yang dimulai 20 tahun lalu," kata McGlone sebagaimana dilansir Kitco.

McGlone mengatakan selama periode pemerintahan Trump emas sudah melesat 50%, dan siapa pun yang memerintah di AS selanjutnya ia melihat emas akan kembali mencetak kenaikan 50%.

Sama dengan Hetch, McGlone juga menilai emas akan lebih diuntungkan Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan umum kali ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular