
Harga Babi Naik 25,5%, Masih Buat Pening China?

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan Biro Statistik Nasional China mengatakan indeks harga konsumen di Negeri Tirai Bambu naik sedikit pada September karena harga makanan naik. Padahal kenaikan sudah melambat pada harga daging babi.
Indeks harga konsumen naik 1,7% bulan lalu dari tahun lalu. Angka itu sedikit di bawah kenaikan 1,8% yang diprediksi oleh analis dalam jajak pendapat Reuters dan di bawah kenaikan 2,4% pada Agustus.
Secara keseluruhan harga pangan tetap tinggi, naik 7,9% pada September dari tahun lalu, dengan harga sayur segar naik 17,2%.
Harga daging babi naik 25,5% tetapi pada tingkat yang lebih lambat daripada kenaikan lebih dari 100% yang terlihat hampir selama 12 bulan terakhir. Harga daging babi naik 52,6% tahun ke tahun di Agustus.
Data pada September menandai laju pertumbuhan paling lambat sejak Juni 2019, menurut data biro statistik tersebut, sebagaimana dilansir dari CNBC International.
Sebelumnya, wabah demam babi Afrika (African swine fever) telah menghancurkan sebagian besar kawanan babi di China, menyebabkan kekurangan bahan pokok daging utama bagi negara berpenduduk 1,4 miliar itu.
Badan bea cukai nasional mengatakan untuk tiga kuartal pertama tahun ini, impor daging babi China lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu. Sementara Impor daging sapi naik 38,8% selama itu. Impor China atas produk pertanian AS selama periode waktu yang sama naik 44,4% dari tahun lalu.
Indeks harga produsen turun 2,1% pada September dari tahun lalu, lebih besar dari perkiraan penurunan 1,8% oleh jajak pendapat Reuters.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PDB China Tumbuh 2,3% di 2020, Paling Lambat dalam 4 Dekade
