
UU Ciptaker Jokowi Ampuh Bikin Harga SBN RI Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah Indonesia atau surat berharga negara (SBN) selama pekan lalu mayoritas mengalami penguatan.
Banyak sentimen yang mempengaruhi, mulai dari serangkaian data dari dalam negeri yang menegaskan akan terjadinya resesi, pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) dan pembahasan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS).
Mayoritas, surat berharga negara (SBN) yang mengalami kenaikan harga selama sepekan yang tercermin dari penurunan yield-nya. Namun tidak untuk SBN tenor 3 tahun yang bergerak sebaliknya.
Harga SBN tenor 3 tahun mengalami pelemahan harga, yang terlihat dari kenaikan yield-nya sebesar 24,5 basis poin menjadi 5,323%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara selama sepekan turun 2,2 basis poin ke level 6,900% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Penurunan yield terbesar tercatat di SBN dengan tenor 1 tahun yang turun 7,5 basis poin ke level 3,651%. Sedangkan, kenaikan yield terkecil terjadi pada SBN berjatuh tempo 5 tahun yang naik 0,5 basis poin ke 5,778%.
Dari dalam negeri, sentimen yang datang sepanjang pekan ini adalah terkait dari pengesahaan UU Ciptaker yang telah disahkan pada Senin (5/10/2020) lalu.
Beragam pihak merespons positif UU Ciptaker yang diharapkan bisa mengerek investasi dan menciptakan lapangan kerja baru ini.
Namun, juga tak sedikit yang meragukan, karena hak-hak buruh yang tercabut serta situasi pandemi corona (Covid-19) di tanah air yang masih belum terkendali.
Karena UU Ciptaker ini menuai kontra dikalangan para buruh dan mahasiswa, akhirnya mereka melakukan aksi unjuk rasa karena dinilai UU ini dinilai tidak berpihak kepada masyarakat kalangan kecil, terutama para buruh.
Namun, aksi unjuk rasa yang sebelumnya damai, pada sore hari Kamis (8/10/2020), unjuk rasa tersebut malah menjadi ricuh. Beberapa fasilitas umum seperti halte Transjakarta, pos polisi, hingga bioskop dirusak hingga dibakar oleh massa provokator aksi.
Tercatat sebanyak 8 halte transjakarta, 2 pos polisi, 1 bioskop, bahkan kantor Kementerian ESDM tak luput dari serangan oleh provokator.
Selain dari pro-kontra UU Ciptaker, sentimen dalam negeri lainnya yang mempengaruhi pergerakan SBN adalah dari data ekonomi yang dirilis selama pekan ini, diantaranya data indeks keyakinan konsumen (IKK) dan data cadangan devisa (cadev).
Indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia pada September 2020 tercatat di angka 83,4, atau turun 3,5 poin dari Agustus 2020 sebesar 86,9.
Penurunan IKK menandakan bahwa daya beli masyarakat masih cukup rendah, karena pandemi virus corona (Covid-19) yang masih belum pasti kapan berakhirnya.
Data ekonomi lainnya, yakni cadangan devisa (cadev). Tercatat cadev Indonesia pada September 2020 turun 1,85 poin menjadi US$135,15, dari Agustus sebesar US$ 137.
Sementara itu, sentimen global sepanjang pekan ini adalah pernyataan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang menyatakan akan menjajaki pemberian stimulus lanjutan di tengah masih berlangsungnya negosiasi stimulus fiskal pemerintah AS.
Drew Hammill, Wakil Kepala Staf Nancy Pelosi, mengirim cuitan di akun Twitter-nya, menyebutkan bahwa Ketua DPR dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah berbicara selama 40 menit, dengan berfokus menentukan apakah ada prospek kesepakatan soal stimulus.
Kabar itu mengafirmasi arah positif pembicaraan, sebagaimana yang dikatakan Presiden AS Donald Trump dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis pagi. Dia mengatakan bahwa pihaknya dan Partai Demokrat telah memulai kembali "pembicaraan yang sangat produktif."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demo Protes UU Ciptaker Mereda, Harga SBN Menguat
