
Dana PEN Jadi Alat Pacu Sektor Properti, BTN Bakal Moncer

Sebagai satu-satunya bank yang memiliki bisnis inti KPR, posisi Bank BTN pun menjadi krusial jika bicara mengenai pemulihan sektor properti. Sebagaimana diketahui, kredit bank adalah satu dari sedikit instrumen untuk mendongkrak daya beli masyarakat.
Oleh karena itu, wajar jika pemerintah fokus menyalurkan stimulus sektor perumahan di era pandemi melalui BTN, salah satunya lewat program KPR Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Subsidi Selisih Margin (SSM), di mana BTN mendapatkan kuota hingga 83%.
Stimulus untuk mendongkrak sektor properti itu muncul lewat Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) 65/PMK.05/2020 dan 85/PMK.05/2020. Mereka yang mengajukan KPR bisa menikmati keringanan tersebut, dan pada akhirnya membantu menggairahkan industri.
Tidak berhenti di situ, muncul Permenkeu 70/PMK.05/2020 tentang titipan dana APBN Rp 5 triliun untuk diputar BTN ke sektor riil. Kementerian Keuangan mensyaratkan dana tersebut harus berujung pada penyaluran kredit sebesar Rp 15 triliun pada September ini.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, BTN memakai suntikan likuiditas itu untuk menyalurkan KPR, kredit konstruksi, dll. Hingga 25 September 2020, BTN menyalurkan kredit PEN Rp 16,35 triliun, atau melampaui target awal Rp 15 triliun.
![]() |
Mayoritas menyasar sektor perumahan di 33 provinsi Indonesia. Debitur KPR subsidi menjadi penerima utama dengan jumlah 37.607 orang dan total plafon kredit Rp 5,3 triliun. KPR non-subsidi menyusul dengan nilai kredit Rp 3,1 triliun untuk 12.216 debitur.
Jika dibedah lagi, sektor rumah tangga menjadi penerima utama dengan total nilai kredit Rp 7,4 triliun, diikuti sektor konstruksi (Rp 6,1 triliun). Artinya, mayoritas dana negara di program PEN itu memang benar-benar menyasar mereka yang berada di sektor properti.
Tidak heran, pemerintah kembali menempatkan dana PEN ke BTN tahap kedua, senilai Rp 5 triliun. Artinya, perseron harus menggulirkannya agar bernilai ekonomi Rp 30 triliun. Ini bukanlah tantangan berat bagi perseroan yang rata-rata penyaluran kredit per bulannya mencapai Rp 193,5 triliun atau rata-rata Rp 32,2 triliun per bulan.
Perseroan terus memupuk pencadangan, likuiditas, sambil memacu bisnis dengan asas kehati-hatian di masa pandemi. Dengan strategi tersebut, bisnis Bank BTN secara keseluruhan diyakini masih terus bertumbuh dan mencetak laba hingga penghujung tahun 2020 nanti.
Dampak negatif pandemi terhadap debitur pun dinilai kian surut, sebagaimana terlihat dari kenaikan penyaluran KPR subsidi, dan perbaikan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) net dari 2,42% per Juni 2019 menjadi 2,4% pada Juni 2020.
Penempatan dana PEN pada Bank BTN tahun ini bakal memacu pembangunan jumlah unit rumah, dan jumlah masyarakat yang menikmati rumah layak. Hingga Desember 2020, perseroan membidik 83.221 rumah baru (subsidi maupun non subsidi), bagi 332.884 orang.
Hanya saja, BTN dalam hal ini tidak bisa bergerak sendirian untuk memutar nilai ekonomi sektor properti. Selama ini, penyelesaian proyek properti terkendala oleh ketidaktersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU) seperti listrik dan air, serta jalan dan saluran.
Ini perlu mendapat perhatian serius Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, karena aktivitas bekerja di rumah (working from home/WFH) berujung pada lambatnya proses perizinan. Akan percuma perbankan memacu permintaan properti lewat KPR, jika pada akhirnya proses pembangunan fisik terhambat, terutama di tengah pandemi.
Kinerja Tetap Kinclong
BTN sendiri membukukan kenaikan laba bersih 39,72% menjadi Rp 1,12 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga September 2020 dari Rp 801 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama Bank BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan berbagai langkah penguatan yang telah dilakukan oleh perseroan mulai menunjukkan hasil positif.
Bank BTN, lanjutnya, telah melakukan penguatan di sisi kualitas aset, likuiditas, permodalan, bisnis, hingga langkah efisiensi.
![]() |
"Di tengah tekanan akibat pandemi, kenaikan laba bersih Bank BTN menjadi bukti strategi yang kami lakukan berada pada jalur yang tepat. Hingga akhir tahun nanti, kami optimistis target laba bersih akan tercapai," kata Pahala saat Paparan Kinerja Bank BTN Kuartal III/2020 di Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Kinerja laba bersih perseroan ditopang oleh penurunan beban bunga dan efisiensi. Beban bunga BTN tercatat turun 3,49% yoy menjadi Rp 11,95 triliun pada periode tersebut.
Penurunan beban bunga tersebut ditopang oleh aksi korporasi dalam pemangkasan dana mahal.
Pemangkasan tersebut mampu menekan Cost of Fund (CoF) hingga 70 basis poin (bps) sejak akhir 2019. Strategi efisiensi yang dilakukan Bank BTN juga sukses menekan angka Cost to Income Ratio (CIR).
Pada September 2020, CIR BTN turun 141 bps dari 57,13% pada September 2019 menjadi 55,72%.
Di samping sukses mencatatkan penurunan beban bunga dan meningkatkan efisiensi, perseroan tetap mencatatkan kenaikan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Bank BTN mencatatkan DPK naik 18,66% yoy dari Rp230,35 triliun per kuartal III/2019 menjadi Rp273,33 di periode yang sama tahun ini.
Kenaikan DPK tersebut juga ikut menekan Loan to Deposit Ratio (LDR) ke level 93,26% di kuartal III/2020. Perolehan positif DPK juga memperkuat Liquidity Coverage Ratio (LCR) perseroan di level 178,40% per kuartal III/2020 atau naik dari LCR di kuartal III/2019 sebesar 131,12%.
Sementara itu, Bank BTN juga mencatat permodalan perseroan meningkat. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan tercatat sebesar 18,95% pada September 2020, naik dari 16,88% di bulan yang sama tahun lalu. Peningkatan ini juga turut membuka ruang gerak yang lebih luas bagi Bank BTN untuk melakukan fungsi intermediasinya.
Pada kuartal III-2020 BTN telah menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp254,91 triliun. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi terpantau menjadi penopang utama penyaluran kredit BBTN.
Selain itu, pada periode yang sama BTN telah memberikan KPR Subsidi senilai Rp116,32 triliun atau naik 4,19% yoy dari Rp111,64 triliun. BTN juga telah menyalurkan KPR Non-subsidi senilai Rp 80,18 triliun.
Perseroan secara total telah menyalurkan KPR sebesar Rp196,51 triliun atau naik 1,39% yoy dari Rp193,8 triliun di kuartal III/2019.
Dengan demikian, Bank BTN mencatat telah menyalurkan kredit dan pembiayaan di segmen perumahan sebesar Rp231,34 triliun per kuartal III/2020.
Pada segmen kredit non-perumahan, Bank BTN mencatatkan pemberian kredit senilai Rp23,57 triliun per kuartal III/2020. Dengan kinerja tersebut, BBTN mencatatkan posisi aset sebesar Rp356,97 triliun atau naik 12,89% yoy dari Rp316,21 triliun pada kuartal III/2019.
Pahala juga menjelaskan pada kuartal III-2020, BTN tetap mampu menjaga kualitas aset. Meski tekanan akibat pandemi belum mereda, perseroan berhasil menurunkan rasio kredit bermasalah (Non-performing Loan/NPL) net di level 2,26% dari posisi pada bulan yang sama tahun sebelumnya yang berada pada level 2,33%.
Sejalan dengan komitmen perseroan meningkatkan kualitas aset, Bank BTN juga terus memupuk coverage ratio. Per September 2020, BTN mencatatkan coverage ratio di level 111,36% atau melesat dari 52,67% di bulan yang sama tahun lalu.
Â
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]