Faktor Politik Jegal Stimulus AS, The Fed Bakal Turun Tangan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 October 2020 18:54
Sekitar ratusan pendukung calon presiden petahana Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengikuti kampanye terbuka di Nevada. AP/Andrew Harnik
Foto: Sekitar ratusan pendukung calon presiden petahana Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengikuti kampanye terbuka di Nevada. AP/Andrew Harnik

Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, kepada CNBC International pada Rabu lalu mengatakan stimulus fiskal adalah kunci pemulihan ekonomi. "Ada konsekuensi yang besar jika stimulus fiskal tidak digelontorkan, kemerosotan ekonomi akan berakhir dengan buruk, sangat buruk," kata Kashkari pada Rabu (7/10/2020) waktu setempat.

"Jika kita tidak menolong warga yang tertekan PHK, mereka tidak akan sanggup membayar tagihan, merembet ke perekonomian, dan kemerosotan akan lebih buruk lagi," katanya.

Kini paket stimulus yang baru sedang dibahas antara Pemerintah AS dengan House of Representatif (DPR) yang dikuasai Partai Demokrat. Sayangnya dalam 2 bulan terakhir, masalah politik membuat pembahasan tersebut maju-mundur akibat tidak adanya kata sepakat soal nilai yang akan digelontorkan.

Ketua DPR dari Partai Demokrat mengajukan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun, sementara pemerintah di bawah Presiden Trump yang berasal dari Partai Republik hanya menyetujui sebesar US$ 1,6 triliun, itu pun masih dikatakan terlalu besar oleh beberapa anggota DPR dari Partai Republik.

Pada Selasa waktu setempat Trump menarik diri dari perundingan stimulus hingga pemilihan presiden 3 November mendatang. "Saya menginstruksikan perwakilan untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan presiden," tulisnya di Twitter @realDonaldTrump, Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat.

Namun kini sikap Presiden Trump berubah sikap dan mendesak Kongres menyetujui program Bantuan Langsung Tuna (BLT) senilai US$ 1.200 bagi warga AS, kemudian US$ 25 miliar untuk industri penerbangan, dan US$ 135 miliar pinjaman untuk usaha kecil.

Masih belum jelas apakah Partai Demokrat dan Republik akhirnya akan mencapai kata sepakat, sebab kedua belah pihak sama-sama ngotot.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular