
Dolar AS Habis 'Bensin', Rupiah Siap Menyalip!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga masih terapresiasi di perdagangan pasar spot.
Pada Kamis (8/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.750. Rupiah menguat 0,23% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Di pasar spot, rupiah pun hijau. Pada pukul 10:02 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.680 di mana rupiah menguat 0,07%.
Kala pembukaan pasar spot, rupiah mampu menguat 0,14%. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah menipis meski belum sampai habis.
Senasib dengan rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Sejauh ini yang terpantau melemah hanya yen Jepang, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:
Rupiah dkk di Asia berhasil memanfaatkan situasi dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 09:16 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,01%.
Investor tidak lagi bermain aman setelah mendengar kabar terbaru dari Gedung Putih. Presiden AS Donald Trump siap untuk menerbitkan paket stimulus baru berupa bantuan tunai senilai US$ 1.200 (sekira Rp 17,61 juta dengan kurs saat ini) kepada rakyat AS yang membutuhkan.
"Komentar terbaru tentang kemungkinan pemberian stimulus mendongrak optimisme pasar. Anda bisa lihat dolar AS melemah, cerminan dari mentalitas risk-on (berani mengambil risiko)," tegas Minh Trang, Senior FX Trader di Silicon Valley Bank yang berbasis di California, seperti dikutip dari Reuters.
Selama September 2020, Dollar Index menguat lebih dari 2%. Namun jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap lebih dari 30 analis menghasilkan perkiraan keperkasaan mata uang Negeri Paman Sam tidak akan bertahan lama. Sebagian besar responden memperkirakan 'bensin' dolar AS hanya bisa bertahan paling banter tiga bulan ke depan.
"Agak sulit untuk membuat proyeksi karena faktor pemilihan presiden (pilpres) di AS. Dolar AS mungkin akan diuntungkan dengan ketidakpastian akibat pilprees, tetapi itu hanya bisa bertahan sebentar," kata Kit Juckes, Head of FX Strategy di Societe Generale.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
