
Sudah Menguat 1% Lebih, Rupiah Masih Kuat Nanjak!

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Faktor eksternal yang kondusif membuat rupiah masih betah menyusuri jalur hijau.
Hari ini, Kamis (8/10/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.670 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.
Pada 7 Oktober, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,14% di hadapan dolar AS. Ini menjadi apresiasi selama tiga hari beruntun.
Bahkan dalam tujuh hari terakhir rupiah hanya sekali melemah yaitu pada 2 Oktober. Dalam tujuh hari tersebut, apresiasi rupiah mencapai 1,08%.
Meski sudah menguat signifikan, laju rupiah masih belum berhenti. Soalnya mood investor sedang bagus, sedang berkenan untuk mengoleksi aset-aset berisiko.
Risk appetite yang tinggi tercermin dari bursa saham New York yang naik tajam. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,91%, S&P 500 melonjak 1,71%, dan Nasdaq Composite melejit 1,88%.
Pelaku pasar menyambut positif kabar Presiden Donald Trump tetap akan menggulirkan paket stimulus baru. Padahal sebelumnya, Trump menegaskan tidak akan membahas paket stimulus bersama Kongres sebelum pemilihan presiden (pilpres) awal November mendatang.
"Kalau saya mengirimkan proposal paket stimulus berupa bantuan tunai (US$ 1.200), paket tersebut akan langsung diterima orang rakyat. Saya siap meneken sekarang. Apakah Anda dengar itu, Nancy (Pelosi, Ketua House of Representatives)?" cuit Trump di Twitter.
Drew Hammil, Juru Bicara Pelosi, mengatakan bahwa pihaknya sepakat untuk kembali berdialog dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Kamis waktu Washington. Pelosi sendiri dalam wawancara dengan ABC menyatakan kesepakatan stimulus adalah hal yang sangat penting.
"Walau nominal stimulus berkurang, tetapi ada peluang untuk stimulus yang lebih besar nantinya," ujar Tapas Strickland, Analis National Australia Bank, seperti dikutip dari Reuters.
"Satu-satunya alasan terjadi koreksi di pasar kemarin adalah cuitan dari Presiden Trump yang menarik diri dari pembahasan stimulus, yang kemudian sepertinya berubah lagi. Ini yang menguat pasar menguat. Saya rasa kesepakatan soal stimulus akan segera tercapai," tambah Michael James, Direktur Pelaksana Wedbush Securities, juga dilansir Reuters.
Harapan akan kehadiran paket stimulus baru berhasil mengerek optimisme pelaku pasar. Hasilnya, aset-aset berisiko kembali jadi buruan, termasuk di negara-negara berkembang Asia seperti Indonesia. Arus modal ini menjadi pijakan bagi rupiah untuk bertahan di zona hijau.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
