Cemas dengan Ketidakpastian, Obligasi Tenor Pendek Diburu

Monica Wareza, CNBC Indonesia
07 October 2020 18:07
Ilustrasi Obligasi
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) atau sebelumnya Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menyebutkan investor saat ini cenderung lebih memilih untuk mengoleksi obligasi-obligasi tenor pendek. Hal ini dikarenakan masih tingginya ketidakpastian kondisi perekonomian akibat pandemi Covid-19.

Direktur Utama PHEI Yoyok Isharsaya mengatakan obligasi tenor pendek saat ini menjadi incaran investor lantaran dinilai lebih likuid dan banyak dimiliki oleh perbankan yang cenderung memegang obligasi dalam jangka pendek.

"Investor cenderung ke tenor pendek pada kondisi uncertainty tinggi utamanya yg disebabkan oleh resesi ekonomi di banyak negara dan uncertainty lainnya akibat pandemi. Tenor pendek karena pertama secara likuiditas lebih tinggi. Kedua dari segi kepemilikan saat ini investor terbesar di SBN adalah bank, dan bank cenderung short term," kata Yoyok kepada CNBC Indonesia, Rabu (7/10/2020).

Tingginya minat investor terhadap obligasi jangka pendek ini tercermin dengan terjadinya penurunan yield yang lebih dalam ketimbang obligasi jangka menengah dan jangka panjang.

Berdasarkan data dari PHEI, selama tahun berjalan yield obligasi tenor pendek in telah turun 117,74 basis poin (bps). Sedangkan untuk tenor jangka menengah turun lebih sedikit yakni 52,77 bps, bahkan untuk tenor panjang turun paling tipis yakni 18,82 bps.

Salah satu calon penerbit obligasi yang mengambil kesempatan di tengah tingginya minat investor terhadap obligasi tenor pendek adalah PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Perusahaan berencana untuk menerbitkan obligasi paling sedikit senilai Rp 1 triliun pada bulan ini. Nilai penerbitan ini berpotensi untuk bertambah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perusahaan hingga akhir tahun nanti.

EVP Keuangan dan Operasional PNM Sunar Basuki mengatakan perusahaan memilih untuk menggalang dana dari pasar modal mengingat likuiditas di pasar yang berlimpah saat ini lantaran investor masih berhati-hati untuk menempatkan dananya.

Obligasi yang diterbitkan ini merupakan tahap keempat dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) PNM. PUB ini akan habis masa penerbitannya pada Mei 2021 mendatang dengan fasilitas yang masih ada senilai Rp 2,4 triliun.

"Yang kita tawarkan tadinya 3-5 tahun. Tahun ini permintaan pasar lebih ke 1 tahun jadi PUB 4 ini akan buka tenor 1 tahun. Kita pengennya 3-5 tahun tapi kalau pasar untuk jangka pendek jadi kita akan ambil jangka pendek," kata Sunar dalam media briefing virtual, Rabu (7/10/2020).

Adapun hingga akhir tahun ini PNM masih membutuhkan tambahan likuiditas untuk pembiayaan mencapai Rp 4 triliun. Nilai tersebut untuk mengejar estimasi pembiayaan program Mekaar sampai akhir tahun yang senilai Rp 25,34 triliun.

Kebutuhan pendanaan ini akan dipenuhi dari berbagai macam sumber, paling besar bakal digalang dari pasar modal baik melalui obligasi maupun MTN. Sumber pendanaan lainnya adalah cairnya penyertaan modal negara (PMN) dan pinjaman bank.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Likuiditas Seret, Korporasi Ramai-ramai Terbitkan Obligasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular