Kabar Baik & Buruk Campur Aduk, Harga CPO Melesat 2%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 October 2020 11:13
FILE PHOTO: A worker shows palm oil fruits at a plantation in Chisec, Guatemala December 19, 2018. REUTERS/Luis Echeverria/File Photo
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menguat cukup tinggi pada perdagangan hari ini Selasa (6/10/2020). Kabar baik dan kabar buruk mewarnai jalannya perdagangan. 

Pada 10.15 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman Desember 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange menguat 2,09% ke RM 2.779/ton. Pada perdagangan kemarin harga CPO untuk kontrak yang paling aktif diperdagangkan ini menguat 0,48% ke RM 2.721/ton.

Kenaikan harga CPO ini dipicu oleh beberapa kabar positif maupun negatif. Kabar positifnya adalah Trump sudah kembali ke Gedung Putih pasca dirawat intensif selama tiga malam di rumah sakit akibat terjangkit Covid-19.

Kembalinya Trump ke Gedung Putih seolah menandakan bahwa mantan taipan properti AS itu siap bekerja kembali dan siap meng-goal-kan paket stimulus Covid-19 lanjutan di AS. 

Pasar pun diwarnai dengan mode risk on. Selera terhadap risiko membaik. Harga aset-aset keuangan berisiko seperti saham pun melonjak. Tak ketinggalan harga komoditas juga ikut terkerek naik.

Salah satu komoditas yang terkerek naik adalah minyak mentah. Kenaikan harga minyak mentah yang signifikan bahkan lebih dari 5% kemarin menjadi sentimen positif untuk minyak nabati.

Harga minyak yang melonjak membuat biodiesel dari minyak nabati seperti sawit menjadi lebih menarik sehingga diharapkan dapat mengerek permintaan dan harganya. 

Sementara kabar buruknya adalah ke depan La Nina diperkirakan bakal membuat hujan menjadi lebih lebat dari biasanya dan berpotensi menyebabkan banjir. Hal ini akan dialami oleh negara-negara produsen sawit terbesar di dunia.

Departemen Meteorologi Malaysia mengeluarkan peringatan cuaca buruk untuk beberapa negara bagian Malaysia, termasuk negara bagian penghasil utama Sabah yang telah dilanda banjir, menurut media pemerintah Bernama.

"Cuaca akan menjadi kunci untuk kemajuan," kata Marcello Cultrera, manajer penjualan institusional di Phillip Futures di Kuala Lumpur, mengutip Reuters. Cuaca yang buruk berpotensi menyebabkan disrupsi pasokan yang berujung pada kenaikan harga.

Di sisi lain kurangnya tenaga kerja di sektor perkebunan sawit di Negeri Jiran akibat pembatasan mobilitas publik untuk menangani Covid-19 juga berpotensi besar menurunkan pasokan.

Departemen Pertanian AS (USDA) memperkirakan total output CPO Negeri Jiran untuk periode 2020/2021 bakal mencapai 19,7 juta ton atau 1 juta ton lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya akibat keterbatasan tenaga kerja.

Sementara itu, persediaan minyak sawit Malaysia pada September kemungkinan naik 1,27% dari Agustus ke level tertinggi dalam tiga bulan, mengacu pada jajak pendapat Reuters.

"Estimasi stok akhir berada dalam konsensus pasar dan investor akan melihat ekspor selama 1 hingga 10 Oktober untuk arah harga berikutnya," kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article CPO Meroket ke Level Tertinggi 8 Bulan, Menuju RM 3.000/ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular