Trump Dikabarkan Membaik, Harga CPO Ikut Dapat 'Berkah'

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 October 2020 11:35
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai ambles signifikan pekan lalu, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menguat di perdagangan pagi awal pekan ini Senin (5/10/2020).

Harga CPO untuk kontrak pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 0,6% ke RM 2.725/ton pada 10.00 WIB. Pekan lalu harga CPO ambles 4% akibat berbagai sentimen negatif yang beredar di pasar. 

Kabar Trump yang terjangkit Covid-19 sampai harus dilarikan ke rumah sakit dan mendapat perawatan intensif membuat harga minyak mentah global ambrol 4% pekan lalu. Anjloknya harga minyak mentah membuat harga minyak nabati ikut terimbas.

Minyak nabati selama ini juga digunakan sebagai salah satu produk substitusi bahan bakar minyak untuk pembuatan biodiesel, sehingga anjloknya harga minyak ikut mengerek turun harga minyak nabati termasuk minyak sawit.

Faktor yang membuat harga CPO kembali bangkit hari ini adalah harga minyak yang naik 1% lebih baik untuk Brent maupun WTI. Kabar Trump yang membaik dan bisa keluar dari rumah sakit setidaknya Senin ini membuat pasar merespons positif. 

Selain soal Trump harga CPO yang menguat juga mendapat dorongan dari proyeksi Departemen Pertanian AS (USDA). Produksi CPO negeri Jiran untuk 2020/2021 diperkirakan lebih rendah 1 juta ton dari proyeksi Juni lalu ke 19,7 juta ton. 

Ekspektasi berlanjutnya gangguan industri akibat merebaknya wabah Covid-19 dan kekurangan tenaga kerja akibat Pemerintah Malaysia (GOM) menutup perbatasan dengan Indonesia hingga setidaknya akhir tahun kalender membuat output diperkirakan turun.

Dalam pertemuan baru-baru ini dengan Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas, para ahli industri menegaskan penutupan perbatasan diperkirakan akan berdampak negatif pada produksi minyak sawit setidaknya hingga kuartal pertama tahun 2020/21.

Pasalnya sebagian besar pekerja (75% dari total)  yang berada di sektor ini berasal dari luar negeri. Mereka diizinkan meninggalkan negara tetapi tidak dapat kembali sampai perbatasan resmi dibuka kembali. Tentu hal ini bakal menyebabkan penurunan produksi di negara tersebut. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Juni Ekspor Naik 60% Lebih, Harga CPO Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular