CPO Malaysia Diboikot AS, Jadi 'Berkah' buat Emiten Sawit RI?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
02 October 2020 15:53
A worker unloads palm oil fruit bunches from a lorry inside a palm oil mill in Bahau, Negeri Sembilan, Malaysia January 30, 2019.  Picture taken January 30, 2019.  REUTERS/Lai Seng Sin
Foto: Kelapa sawit (REUTERS/Lai Seng Sin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar minyak nabati terkena sentimen negatif setelah salah satu produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar Malaysia, FGV Holdings Berhad diboikot untuk masuk ke pasar Amerika Serikat (AS) karena kabar adanya kerja paksa karyawan.

Sentimen ini terjadi ketika harga CPO kembali naik setelah dicabutnya lockdown di negara Malaysia dan memperbaiki harga jual minyak sawit ini ke posisi sebelum pandemi.

Analis Binaartha Sekuritas Lingga Pratiwi menyebut sentimen boikot oleh AS ini cukup mempengaruhi kinerja harga CPO dan saham-saham emiten yang berhubungan.

Namun hal ini dinilai akan bersifat temporer alias sementara saja lantaran ekspor CPO sejauh ini dinilai tetap berjalan.

"Menurut saya ini hanya temporer negatif karena sejauh ini kinerja ekspor CPO masih baik. Malaysia dan Indonesia masih menguasai 85% dari pasokan sawit dunia dengan nilai perdagangan US$ 65 miliar. Jadi ini masih konsolidasi tren, cenderung uptrend [untuk harga jual CPO," kata Lingga saat wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Jumat (2/10/2020).

Dia mengungkapkan, emiten dalam negeri memiliki potensi untuk mengambil peluang penjualan di pasar yang saat ini memboikot perusahaan Malaysia tersebut.

Selain itu, sentimen positif lainnya untuk emiten di dalam negeri adalah dengan adanya potensi kenaikan harga CPO karena pemberlakuan kebijakan biodiesel B-30 oleh pemerintah sehingga memastikan permintaan CPO akan terus ada.

"Untuk sementara karena ada sentimen negatif dari Malaysia perusahaan terbesar sawit itu masih ada kecenderungan koreksi tapi fundamentalnya dengan Biodiesel dan harga jual US$ 85 per ton bisa menguntungkan emiten," jelasnya.

Lingga merekomendasikan saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) yang masih direkomendasikan buy karena perusahaan ini memiliki diferensiasi produk di sawit dan gula.

Data Refinitiv mencatat, harga CPO terkoreksi cukup dalam pada perdagangan hari ini, Jumat (2/10/2020). Harga CPO kini mendekati RM 2.700/ton.

Pada 10.25 WIB tadi pagi, harga CPO untuk kontrak pengiriman Desember 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange turun 2,58% ke RM 2.717/ton usai kemarin ditutup menguat ke RM 2.789/ton.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gilak! Harga CPO Tembus Rekor 8,5 Tahun, Masih Bisa Reli?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular