
Resesi Bukan Akhir Dunia, Jangan Panik! Ini Saran Profesional

Resesi pasti terjadi, saran yang paling penting dari financial planner adalah jangan panik.
"Saat ini adalah waktu yang tepat bagi investor untuk membuat daftar apa yang harus dilakukan, tetapi juga pastikan memiliki daftar yang tidak boleh dilakukan," kata Mitch Goldberg, presiden ClientFirst Strategy di Melville, di New York, sebagaimana dilansir CNBC International pertengahan Agustus lalu.
"Hal yang harus ada di dalam daftar yang tidak boleh dilakukan adalah jangan panik dan jangan membuat keputusan finansial dan investasi yang terburu-buru," tambahnya.
Selain itu berikut beberapa saran yang harus dilakukan saat resesi.
Memperbaiki Pribadi
Douglas Boneparth, presiden Bone Fide Wealth, sebuah perusahaan New York yang berfokus pada milenial dan profesional muda, mengatakan bahwa di waktu-waktu kekacauan ekonomi terjadi, justru harus digunakan untuk memperbaiki pribadi.
Misalnya dengan mengetahui apa saja kebutuhan dan hal-hal yang bisa dikesampingkan di masa-masa sulit, serta mensyukuri apa yang ada saat ini.
Sementara itu Diahann Lassus, finansial planner bersertifikat, co-founder, presiden dan kepala investasi di Lassus Wherley, anak perusahaan dari Peapack-Gladstone Bank, menyarankan untuk melihat kembali bagaimana pekerjaan yang dimiliki saat ini.
"Bagaimana perasaan Anda tentang pekerjaan Anda? Apakah Anda merasa aman?" katanya.
"Apa risiko dalam hidup Anda saat ini? Apakah Anda baru saja punya anak? ... Apakah Anda sehat?"
Lassaus menambahkan jika Anda tidak merasa aman dengan pekerjaan Anda, maka pastikan untuk memperbaharui resume Anda.
"Jika Anda memiliki pekerjaan yang bagus itu akan luar biasa, tetapi tetap harus memperhatikan risiko dan membuat rencana ke depannya," kata Lassaus.
Buat Perencanaan
"Ini saatnya membuat perencanaan finansial. Lihat bagaimana kondisi keuangan Anda seluruhnya dalam konteks tujuan, apa yang akan Anda lakukan untuk mencapai tujuan tersebut dan pelajari apa yang diperlukan untuk mencapainya," kata Bonepart.
Tetapi menurutnya jika masih dalam usia muda, jangan khawatir terlalu berlebihan.
"Untuk investor muda waktu ada di pihak mereka, perlu dicatat Anda harus memiliki pandangan investasi jangka panjang, yang berarti resesi, penurunan harga saham harus diperhitungkan dalam strategi Anda, " kata Boneparth.
Menabung
Menabung dan memastikan diri memiliki tabungan adalah hal penting selama masa resesi. Itu dikarenakan kejadian tak terduga seputar ekonomi bisa terjadi begitu saja di saat-saat seperti ini.
"Anda ingin memastikan Anda memiliki uang tunai yang Anda butuhkan sehingga Anda tidak perlu menjual sesuatu, seperti saham atau reksa dana Anda saat kondisi sedang buruk," kata Lassus.
"Oleh karena itu, cobalah untuk meningkatkan jumlah uang yang Anda tabung setiap bulan, jika Anda bisa."
Terkait jumlahnya, Boneparth menyarankan agar nilai tabungan mencapai tiga sampai enam kali gaji bulanan, dan bila perlu mencapai enam sampai 12 kali gaji bulanan.
"Tidak ada yang ingin mengurangi tabungan mereka untuk masa pensiun atau tabungan kuliah anak-anak mereka, tetapi terkadang mengarahkan tabungan mereka ke uang tunai atau likuiditas yang lebih besar dapat melakukan keajaiban untuk membantu Anda menavigasi pasar yang bergejolak, serta resesi," katanya.
Jangan Bergantung Pada Kartu Kredit
Lassus mengatakan, memakai kartu kredit adalah hal yang lumrah. Namun, jangan sampai jumlahnya melebihi penghasilan.
"Adakah cara agar Anda dapat menguranginya kalau-kalau perlu?" katanya. "Apakah ada hal-hal yang lepas kendali karena Anda baik-baik saja secara finansial?
"Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memeriksa semua itu dan memastikan Anda berada di tempat yang tepat." paparnya.
Resesi Bukan Akhir Dunia
Menurut Lassus, resesi bukan berarti kita melihat kesuraman dan malapetaka.
"Resesi tergantung bagaimana Anda mendefinisikannya, bisanya ini hanya pelambatan ekonomi yang mungkin berlangsung selama 3 bulan, 6 bulan, atau beberapa bulan lebih lama," katanya.
"Tapi ini bukan akhir dunia," tambah Lassus.
Menurut Lassus resesi kali ini tidak seperti tahun 2008, sebab sistem perbankan masih kuat dan perusahaan-perusahaan masih ada yang membukukan laba.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]