Review Sepekan

Harga Batu Bara Masih Meroket, Pekan Ini ke Atas US$ 60/ton

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 October 2020 17:30
Dok.Mitra Investindo
Foto: Dok.Mitra Investindo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali membukukan penguatan di pekan ini, menembus level US$ 60/ton untuk pertama kalinya dalam 5 bulan terakhir. Pasokan batu bara yang mengetat di China menjadi pemicu utama penguatan harga batu bara.

Melansir data Refinitiv, harga batu bara termal Newcastle di pekan ini menguat 3,5% ke US$ 60,85/ton. Bahkan, di hari Kamis lalu sempat menyentuh US$ 62,55/ton yang merupakan level tertinggi sejak 3 April lalu.

Harga batu bara mulai meroket sejak 8 September lalu, jika ditotal hingga Jumat (2/10/2020) kenaikannya nyaris 22%.

Ketatnya pasokan batu bara China membuat harganya melonjak tinggi. Pada pekan terakhir bulan September harga batu bara patokan domestiknya yaitu Qinhuangdao untuk kalori 5.500 Kcal/Kg dibanderol RMB 599/ton atau US$ 87,91/ton.

Harga tersebut sudah berada di atas green zone yang merupakan target harga informal yang dipatok oleh pemerintah Negeri Tirai Bambu. Rentang harga tersebut merupakan level di mana perusahaan tambang dan utilitas masih bisa menjaga margin atau labanya.

Akibat harga tinggi tersebut, minat impor batu bara lintas laut (seaborne) menjadi meningkat karena harganya lebih murah. Harga batu bara termal Newcastle yang naik 3,5% di pekan ini saja masih jauh lebih murah.

Hal ini juga yang membuat beredar isu bahwa China akan kembali melonggarkan kuota impornya, sehingga harga batu bara termal Newcastle terus meroket beberapa pekan terakhir.

Sentimen positif lainnya juga datang dari India. Reuters melaporkan kenaikan aktivitas industri terutama di wilayah Barat India membuat output pembangkit listrik berbahan bakar batu bara India meningkat 9,4% pada paruh pertama bulan September.

Kenaikan harga batu bara termal Newcastle turut mengerek harga batu bara lain termasuk harga batu bara acuan (HBA) Tanah Air.

HBA RI bulan Oktober naik 3,2% menjadi US$ 51 per ton dari HBA pada September 2020 yang sebesar US$ 49,42 per ton. HBA sendiri diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya.

Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi kenaikan HBA Oktober ini dipicu oleh sinyal positif dari industri China maupun Jepang yang mulai bangkit.

"Sinyalemen positif industri yang mulai bangkit di Tiongkok dan Jepang mengerek kenaikan HBA Oktober 2020. Permintaan batubara dari Tiongkok meningkat karena harga batu bara domestik Tiongkok lebih tinggi daripada harga batubara impor," ujar Agung dalam keterangan resmi Kementerian pada Kamis (01/10/2020).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! India & China Bawa Kabar Buruk, Batu Bara Nelangsa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular