Duh! India & China Bawa Kabar Buruk, Batu Bara Nelangsa

Tri Putra, CNBC Indonesia
05 December 2021 10:15
In this Oct. 16, 2016, file photo, Indian Prime Minister Narendra Modi, front and Chinese President Xi Jinping shake hands with leaders at the BRICS summit in Goa, India. Modi made an unannounced visit Friday, July 3, 2020, to a military base in remote Ladakh region bordering China where the soldiers of the two countries have been facing off for nearly two months. Modi’s visit comes in the backdrop of massive Indian army build-up in Ladakh region following hand-to-hand combat between Indian and Chinese soldiers on June 15 that left 20 Indian soldiers dead and dozens injured, the worst military confrontation in over four decades between the Asian giants. (AP Photo/Manish Swarup, File)
Foto: AP/Manish Swarup

Jakarta, CNBC Indonesia - Menyusul harga minyak mentah dunia yang anjlok, harga batu bara acuan global juga ikut jatuh. Dalam lima hari perdagangan terakhir harga si batu hitam drop nyaris 3%.

Harga kontrak batu bara termal ICE Newcastle mengakhiri perdagangan pekan ini di level US$ 151,5/ton setelah melemah 2,88% mengekor harga minyak mentah yang ambles 5% pada periode yang sama. Selain didorong oleh sentimen penyebaran varian Covod-19 Omicron yang membuat pasar energi fosil bergejolak, penurunan harga batu bara juga disebabkan oleh faktor fundamental.

India dan China kini kembali menjadi sorotan atas penurunan harga komoditas ekspor unggulan RI tersebut. Masalah pasokan dan stok di India dan China tampaknya mulai mereda.

Di Negeri Bollywood, kebutuhan akan batu bara sepertinya mulai berkurang. Bulan lalu, pertumbuhan permintaan listrik di Negeri Bollywood adalah 2,2%. Melambat dibandingkan Oktober 2021 yang tumbuh 4,1%.

Pembangkitan listrik dengan batu bara di India turun 2,8% pada November 2021 dibandingkan bulan sebelumnya. Stok batu bara di pembangkit listrik pun sudah terkumpul, tinggal 31 pembangkit yang punya cadangan untuk tiga hari atau kurang. Pada Oktober 2021, ada 44 pembangkit yang punya cadangan hanya cukup untuk tiga hari atau kurang dari itu.

Pasokan batu bara yang sepertinya sudah memadai di India membuat permintaan bisa dikurangi. Ini tentu menjadi faktor risiko buat harga, ada kecenderungan bakal terkoreksi.

Di China, upaya Xi Jinping untuk mengintervensi pasar agar harga batu bara turun juga sudah mulai membuahkan hasil. Krisis pasokan batu bara sepertinya sudah dikendalikan.

"Krisis batu bara di China sudah terselesaikan. Produksi dan stok sepertinya memadai untuk kebutuhan pembangkit listrik selama musim dingin," tulis Clyde Russell, kolumnis Reuters, dalam tajuk berjudulChina's Coal Crunch is Over, but Prices are Still Too High.

Akan tetapi, lanjut Russell, perjuangan belum selesai. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga batu bara masih membukukan kenaikan 88,5% secara point-to-point, Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, harga masih naik 115,68%.

"Harga batu bara masih di level yang tinggi. Juga masih di atas level yang nyaman bagi pemerintah dan dunia usaha di China," sebut Russell.

Oleh karena itu, Russel menilai pemerintah China akan berupaya lebih keras lagi dalam mengintervensi pasar. Hasilnya, kemungkinan harga komoditas ini nantinya bakal turun lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Anjlok Hampir 5%, Apa Pasal?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular