
Emas Melesat Lagi, Jual Atau Beli? Ini Kata Para Profesional

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia akhirnya kembali melesat pada perdagangan Senin kemarin setelah tertekan sepanjang pekan lalu. Logam mulia ini sukses menjauhi level terendah dalam 2 pekan terakhir, dan kembali mendekati US$ 1.900/troy ons.
Melansir data Refinitiv, kemarin emas melesat 1,12% ke US$ 1.880,85/troy ons setelah merosot 4,6% sepanjang pekan lalu. Kenaikan emas dunia tersebut turut mengerek naik harga emas Antam di dalam negeri hari ini.
Sementara pada hari ini, Selasa (29/9/2020), pukul 18:23 WIB emas menguat lagi 0,28% ke US$ 1.886,88/troy ons.
Indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang kemarin melemah 0,38%, turun dari level terkuat dalam 2 bulan terakhir menjadi pemicu penguatan emas dunia. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut hingga sore ini juga turun 0,13%.
Selain itu, Nancy Pelosi, Ketua DPR AS dari kubu Partai Demokrat mengatakan bahwa mereka sudah menyiapkan rancangan undang-undang untuk paket stimulus bantuan Covid-19 lanjutan senilai US$ 2,2 triliun. Namun ia tidak menjelaskan kapan voting akan dilakukan.
Reuters mengabarkan paket stimulus baru tersebut akan meliputi bantuan atau pendanaan untuk sekolah, restoran, UKM, pekerja di sektor maskapai penerbangan dan beberapa sektor lainnya.
Stimulus fiskal merupakan salah satu bahan bakar bagi emas untuk bergerak naik.
Gary Wagner, editor dari TheGoldForecast.com memberikan analisisnya terkait kenaikan emas tersebut.
"Emas naik US$ 18, yang paling penting untuk saya bukan level tertinggi saat ini (kemarin), tetapi level terendah intraday di pagi hari ketika menyentuh moving average (rata-rata pergerakan) 100 hari," kata Wagner sebagaimana dilansir Kitco, Senin (28/9/2020).
![]() Foto: Refinitiv |
Menurut Wagner saat menyentuh moving average 100 hari tersebut memicu aksi short covering serta mentalitas buy on dip (beli saat turun) yang membuat harga emas kembali naik.
"Bagi saya apa yang kita lihat hari ini (Senin) terhadap emas adalah kelegaan setelah mengalami aksi jual pada pekan lalu," katanya.
Wagner juga tidak merekomendasikan menjual emas saat sedang menguat seperti saat ini.
"Secara pribadi, saya percaya membeli emas saat breakout daripada menjual saat harga sedang naik. Ada 2 hal penting yang kita lihat dari pergerakan emas di hari Senin. Pertama, fakta emas menyentuh level moving average 100 hari kemudian berbalik naik, yang kedua adalah emas berada di level tertinggi hari Jumat dan Kamis," ujar Wagner.
Sementara itu Bank investasi kelas dunia asal Swiss, UBS Global Wealth Management mengatakan, saat ini merupakan waktu yang pas menempatkan dana di instrumen emas.
Investasi di emas dinilai menjadi tempat yang sangat baik menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat, kata UBS kepada CNBC Internasional.
"Kami menyukai emas, karena kami pikir emas kemungkinan akan benar-benar mencapai sekitar US$ 2.000 per ounce pada akhir tahun," kata Kelvin Tay, Kepala Investasi Regional UBS, dikutip Selasa (29/9/2020).
"Dan emas memiliki lindung nilai tertentu," kata Tay.
"Jika terjadi ketidakpastian atas pemilu AS dan pandemi Covid-19, emas adalah lindung nilai yang sangat, sangat bagus. Dan kelemahannya baru-baru ini merupakan titik masuk yang bagus bagi investor," tambahnya, saat berbicara dalam acara Squawk Box CNBC.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
