Garap Gunung Emas Papua, Antam Butuh Duit Rp 21 T?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
29 September 2020 18:40
Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diperkirakan membutuhkan belanja modal (capital expenditures/ capex) sekitar US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 20,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$) untuk menggarap Blok Wabu, Papua.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak kepada wartawan saat ditemui di Gedung DPR RI, Selasa (29/09/2020).

Orias mengatakan, secara rinci pihaknya memang belum menghitung berapa besar kebutuhan belanja modal yang dibutuhkan untuk menggarap blok emas ini. Namun bila cadangan emas di blok ini mencapai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 207,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$), maka perkiraan kebutuhan belanja modal sekitar 10%-15% dari nilai sumber daya tersebut.

"Kalau sempat beredar (potensinya) mencapai US$ 14 miliar, ya capex-nya mungkin 10%-15% dari itu," ungkap Orias.

Meski demikian, Orias bisa memastikan apakah nantinya semua modal bakal ditanggung Antam. Namun dia menyebut, jika potensinya bagus seperti Blok Wabu, maka perusahaan akan mudah untuk mencari modal. Begitu pun dari sisi infrastruktur, menurutnya juga tidak ada masalah.

"Kita lihat nanti pas hari-H, kalau barangnya bagus kan gampang nyari duit. Potensinya ada, jadi uang nggak masalah. Itu kan bisa diatur nanti semuanya," paparnya.

Sebelumnya, dia mengatakan bahwa rencana Antam mengelola blok Wabu ini bermula dari permintaan kerja sama dari Pemerintah Daerah (Pemda) Papua untuk mengelola Blok Wabu. Gubernur Papau berkirim surat kepada Holding BUMN Tambang MIND ID.

Setelah itu, dirinya pun menghadap Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melaporkan dan membahas permintaan Gubernur Papua tersebut.

"Mengenai Wabu itu memang ada permintaan kerjasama dari Pemda Papua. Jadi, Gubernur kirim surat ke saya dan saya sudah ketemu dengan pak Menteri BUMN juga dan Menteri ESDM," paparnya.

Sesuai dengan arahan Menteri BUMN, lanjutnya, ini akan diserahkan kepada Antam. Pasalnya, dalam mengelola tambang emas, Antam dinilai yang paling mampu.

Blok Wabu awalnya merupakan lahan tambang yang dikelola PT Freeport Indonesia. Namun pada awal Juli 2015 PT Freeport Indonesia mengembalikan blok ini kepada pemerintah pusat sebagai bagian dari kesepakatan dalam amandemen kontrak karya di mana saat itu Freeport membutuhkan kepastian perpanjangan operasi tambang yang akan berakhir pada 2021.

Dalam salah satu poin renegosiasi kontrak yaitu pemerintah pusat meminta Freeport Indonesia untuk menciutkan luas wilayah operasi tambangnya. Pada saat itu luas wilayah tambang Freeport mencapai 212.950 hektar.

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang no.4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, luas wilayah pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi mineral maksimal sebesar 25.000 hektar. Artinya, luas lahan operasi tambang Freeport pun harus diciutkan.

Akhirnya, pada awal Juli 2015 Freeport secara resmi mengembalikan sebagian wilayah operasi tambangnya kepada pemerintah Indonesia menjadi 90.360 hektar. Meski masih di atas batas maksimal luas wilayah pertambangan yang diatur pemerintah, namun selebihnya itu disebut hanya sebagai wilayah penunjang operasi tambang.

Adapun luas Blok Wabu ini disebut mencapai 10.700 hektar dan potensi sebesar 4,3 juta ton bijih emas berkadar emas (Au) 2,47 gram per ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MIND ID Siapkan Capex USD 2,7 M Untuk Selesaikan Proyek

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular